Sidoarjo (republikjatim.com) - Proyek pembangunan kawasan religi makam Aulia Sono, Desa Sidokerto, Kecamatan Buduran, Sidoarjo sudah rampung. Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman meresmikan komplek makam Aulia Sono, Kamis (04/05/2023) petang.
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Jenderal Dudung Abdurachman didampingi Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf, Wagub Jatim Emil Elistianto Dardak dan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali.
Usai menandatangi prasasti, selanjutnya rombongan bergeser di pendopo makam untuk memotong untaian bunga oleh Jenderal Dudung didamping istri Ny Rahma Setyaningsih (Rahma Dudung Abdurachman). Tampak hadir dalam acara ini Kapuspalad Mayjen TNI Eko Erwanto, Danrem 084/Surabaya Brigjen TNI Terry Tresna Purnama dan Dandim 0816/Sidoarjo Letkol Inf Masarum Djati Laksono serta Wakapolresta Sidoarjo AKBP Deny Agung Andriana.
Kedatangan KASAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman ke Sidoarjo ini disambut antusias ribuan pelajar setingkat SD dan SMP. Mereka berbaris rapi di sepanjang jalan Ksatrian mulai dari timur hingga pintu masuk kawasan makam religi Aulia Sono.
Bersamaan dengan itu, Jendral Dudung juga meresmikan Rumah Dinas Gupusjat Optronik II Pusplad JL Ksatrian, Dusun Sono, Desa Sidokerto, Kecamatan Buduran, Sidoarjo yang baru rampung pembangunannya.
Jenderal Dudung menceritakan awal mula dibangunnya kawasan makam Aulia Sono. Menurutnya makam Aulia Sono saat ini cukup megah. Ia mengingat kembali sekitar 7 bulan yang lalu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali menyampaikan keinginannya untuk memperbaiki dan merenovasi komplek makam pendiri Pondok Sono itu. Karena tempatnya ada di asrama militer. Kemudian mantan Pangdam Jayakarta itu memberikan waktu untuk bertemu bertatap muka membicarakan niat baik itu.
"Karena memang biasanya para peziarah masuk kesini hanya ada jalan sekitar 1 meter. Para peziarah ini kesulitan masuk. Bahkan kendaraan tidak bisa masuk. Akhirnya saya sampaikan ke Pak Bupati. Pak Bupati nanti akan kita fasilitasi dan saya setuju. Saya katakan ke Pak Bupati untuk kemaslahatan umat saya gak pernah berpikir dan langsung merealisasikan. Alhasil, Pak Bupati langsung tersenyum lebar dan Pak Bupati sangat senang," ujar Jenderal Dudung kepada republikjatim.com, Kamis (04/05/2023) petang.
Dudung kemudian mengenang, sebelum ada TNI ada para ulama yang memperjuangkan kemerdekaan RI. Hal itu ditandai dengan munculnya sejumlah laskar hingga akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya TNI itu sendiri. Karena itu, Dudung menilai makam Aulia Sono menjadi tempat yang bersejarah bagi perjuangan ulama. Dudung menuturkan sebagai manusia yang hidup di dunia ada 3 perkara yang ditinggalkan kalau kita sudah meninggal.
"Pertama ilmu yang bermanfaat, kedua anak yang sholeh dan ketiga wakaf yang ditinggalkan. Mendoakan para suhada, ulama yang berjuang semoga arwahnya diterima disisi Allah SWT. Ini (kawasan religi Sono) kenapa sangat bermanfaat bagi generasi muda. Pertama makam ini untuk mengingatkan kita juga nanti akan meninggal. Yang kedua justru makam ini, untuk mengingat nilai kebangsaan, nilai ketakwaan dan nilai berkorban dengan berbekal persenjataan yang sangat sederhana. Bahkan hanya dengan bambu runcing melawan penjajah," urai Dudung.
Karena itu, lanjut Dudung saat Bupati Sidoarjo menghadap dirinya, langsung disetujui.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
"Saya tidak pikir panjang. Karena saya pikir bahwa asrama militer, tempat militer juga milik umat, milik semua dan milik bangsa Indonesia," tegas Dudung Abdurachman.
Jenderal bintang 4 ini mengungkapkan rasa syukurnya melihat kawasan makam Aulia Sono sekarang sudah menjadi megah. Usai direnovasi, akhirnya bermanfaat untuk masyarakat Sidoarjo dan seluruh warga di wilayah Jawa Timur. Yang luar bisa lagi, lanjut Dudung, akhirnya juga komplek makam dan asrama militer ini menjadi megah. Bahkan Rumah Dinas Jomandan Gupusjat sekarang sudah jadi bagus.
"Nanti, disini setiap saat bisa dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan seperti ziarah," jelasnya.
Diketahui, di kawasan religi ini terdapat makam KH Muhayyin beserta dzurriyahnya (keturunan) yang juga guru dari KH Hasyim Ashari pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Selain makam KH Muhayyin, di komplek ini terdapat makam Nyai Hj Asfiyah (istri KH Muhayyin) dan keturunannya yakni KH Abu Mansur, KH Zarkasyi, KH Said dan KH Ma’shum Ahmad. KH Said merupakan ayah dari KH Ali Mas’ud (Mbah Ud) yang makamnya ada di Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Mbah Ud adalah salah satu wali masyhur dari Sidoarjo yang makamnya selalu ramai peziarah.
Dalam kesempatan ini, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengucapkan selamat datang dan atas nama pemerintah dan masyarakat Sidoarjo menyampaikan terimakasih kepada KASAD TNI Jenderal Dudung Abdurachman yang mengizinkan merenovasi dan memanfaatkan komplek makam ulama sesepuh Pondok Sono untuk kegiatan keagamaan itu.
"Luas kawasan religi makam ulama Sono ini kurang lebih setengah hektar. Sekarang mampu menampung 5.000 jamaah Ishari. Harapannya, selain ini sebagai cagar budaya diizinkan secara resmi dipakai untuk kegiatan ubudiyah,” pintah Bupati muda yang akrab disapa Gus Muhdlor kepada KASAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman.
Masih menurut penuturan Gus Muhdlor. Menurut Bupati alumni Fisip Unair ini sekitar awal abad 19 atau 200 tahun yang lalu. Bahkan Sidoarjo menjadi pusat peradaban Islam dan pusat pendidikan Islam.
"Negara ini dibangun dengan susah payah, dengan perjuangan dan keringat dari para pejuang. Termasuk disana ada perjuangan ulama. Semua ulama besar di Jawa Timur pernah menimba ilmu (mondok) di sini (Pondok Sono Buduran). Termasuk KH Hasyim Ashari pendiri Nahdlatul UIama (NU), KH Abdul Karim (Mbah Manab) pendiri Ponpes Lirboyo dan KH Ahmad Djazuli Utsman pendiri Pondok Ploso, Kediri," tandas Bupati alumni SMAN 4 Sidoarjo ini. Hel/Waw
Editor : Redaksi