Ponorogo (republikjatim.com) - Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo dari dahulu sudah menyimpan potensi unggulan. Mulai dari lahirnya politikus PDI yakni Suryadi (almarhum) yang menjabat Ketua PDI di era Presiden Suharto, Desa Selur juga memiliki air terjun Sunggah yang tak kalah menariknya.
Setahun terakhir, Desa Selur memiliki home industri Batik Tulis yang dikenal dengan Batik Sempulur. Kerajinan batik tulis dengan nama paten Batik Sempulur ini merupakan karya dan kreasi putera asli Desa Selur. Batik ini memiliki ciri dan motif alam yang ada di desa itu.
Prapto Wayang, pria alumni Jurusan Kerajinan Kulit, Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) Pacitan ini merupakan Ketua Kerajinan Batik Tulis Sempulur asal Desa Selur. Dia menekuni batik tulis yang berlabel Batik Sempulur karena terinspirasi kebutuhan sandang dan batik merupakan khas Indonesia.
"Tahun 1986 saya masuk SMIK Pacitan. Disitu ada jurusan batik. Secara tidak langsung saya juga kenal dengan batik. Apalagi, batik merupakan kebutuhan sandang sejak jaman dulu. Semua suka batik. Sedangkan yang membikin sangat jarang. Dengan peluang itu kita berkarya dan berkreasi. Kebetulan saya hobi corat coret meski yang sebenarnya saya ini pengrajin wayang kulit. Tapi saya ingin menuangkan ilmu saya ke Batik Tulis ternyata sejak setahun lalu warga Selur banyak yang minat berlatih hingga sekarang ini," ujar pria kelahiran Tahun 1970 ini.
Disinggung soal motif Batik Sempulur, Prapto memilih potensi alam yang ada di desanya itu. Yakni bermotif tumbuhan, hewan serta benda-benda yang ada di pegunungan. Motif khusus diambil dari Kayu Selur sesuai nama desa kelahirannya. Meski Kayu Selur itu sangat tidak indah dibuat desain batik. Akan tetapi dengan nama yang sama dengan selur maka dibuatkan motif batik Kayu Selur itu.
"Sebagai ciri khas Batik Sempulur adalah tanpa ciri. Motifnya cuma satu itu nggak ada duanya. Karena desain motif hanya dari saya. Kecuali seragam bisa sama satu set," imbuhnya.
Prapto Wayang menjelaskan soal warna belum mampu menorehkan warna khusus dari alam seperti kulit kayu atau dedaunan pohon dengan alasan waktu.
"Untuk Batik Sempulur belum memakai warna alami karena terkendala waktu serta teknik batiknya. Kami pakai warna remasol karena ini batik tulis juga ada warna khasnya. Tapi eksotisnya luar biasa," ungkapnya.
Kepala Desa Selur, Suprapto mengaku jika kelompok batik di desanya ini muncul setahun lalu. Namun dengan label Batik Sempulur bertahan dan semakin banyak peminatnya. Kelompok pembatik dirintis mulai Tahun 2020 dengan anggota 15 orang. Batik tulis dikembangkan dan diberi Batik Sempulur motifnya lebih kepada potensi lokal Desa Selur. Contohnya Porang, Janggelan, Kayu Selur dan lainnya. Untuk sekarang dikembangkan ke motif tumbuhan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
"Lahirnya Batik Sempulur ini dari warga yang tamatan SMIK. Kemudian diberdayakan kreasinya dengan melatih ibu-ibu rumah tangga. Jadi warga yang lulusan sekolah seni dikumpulkan untuk menjadi motivator. Dalam perjalanan kami bekerja sama dengan beberapa lembaga penggiat batik soal pewarnaanya," tegasnya.
Pria 43 tahun ini menegaskan home industri batik ini dikelola Bumdes dan aktifitas kerajinan batik bertempat di rumah batik yang berada di RT 1 RW 4 Dusun Putuk, Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo. Bapak dua anak ini mengaku soal pangsa pasar Batik Sempulur masih di pasar lokal. Hal ini karena usianya masih dini. Tetapi dirinya yakin batik karya Desa Selur akan semakin maju.
"Sementara kami optimalkan lokal dulu dengan konsep 'Bela Beli Bangga Produk Sendiri'. Dengan membeli dan memakai produk sendiri maka membela home industri. Untuk harganya masih sangat terjangkau terendah Rp 200.000 dan tertinggi bergantung pesanan," jelasnya.
Suprapto berharap dengan adanya Batik Tulis Sempulur ini perekonomian warganya semangat dan bergeliat. Bahkan mau menekuni dan belajar membatik. Hal ini untuk menopang perekonomian keluarga dan menghindari bang titil.
"Dengan Konsep Bela Beli Bangga Produk Sendiri ini menciptakan jati diri desa yang bisa diekspresikan dan menjadi pemberdayaan masyarakat desa dengan tujuan menopang perekonomian masyarakat," tandasnya. Mal/Waw
Editor : Redaksi