Sidoarjo (republikjatim.com) - Anggota Dewan Pembina Gerakan Tani Rakyat (Getar) Pusat, Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengecek stok dan harga 11 komoditas pokok termasuk beras, gula dan minyak goreng (Migor) di Stan Beras Pasar Larangan, Rabu (28/04/2021) sore. Hasilnya, pembina organisasi Sayap Partai Gerindra ini, merasa prihatin dengan beras hasil panen petani Sidoarjo.
Hal ini disebabkan beras hasil panen petani Sidoarjo di pasar tradisional kalah bersaing dengan beras hasil panen petani dari daerah lain. Bahkan beras hasil petani Sidoarjo hanya mampu mensuplai 5 persen dari seluruh kebutuhan beras di pasar tradisional.
"Usai berdialog para pemilik agen dan distributor beras di Pasar Larangan, Sidoarjo ini beras hasil petani Sidoarjo kalah bersaing di pasaran. Karena itu, kami meminta Pemkab Sidoarjo bisa mendorong modernisasi mesin giling padi bagi petani di Sidoarjo," ujar BHS saat mengecek 11 Komoditas Pokok di Stan Beras Pasar Larangan, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Rabu (28/04/2021) sore.
Anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra ini menjelaskan berdasarkan hasil pantauan di pasar tradisional di Sidoarjo, dirinya menemukan jika beras hasil petani lokal Sidoarjo lebih sedikit dijual pedagang beras. Salah satu contohnya di stan kios pedagang beras di Pasar Larangan. Beras petani Sidoarjo hanya sekitar 5 persen dari seluruh beras dagangan di pasar tradisional itu.
"Terbanyak disini beras pasokan Jember mencapai 45 persen. Kemudian disusul beras Lamongan, Jombang, Pacet (Mojokerto) dan baru terakhir stok beras petani Sidoarjo," imbuhnya.
Padahal, kata BHS yang juga mantan anggota Fraksi Partai Gerindra DPR RI ini, kualitas beras petani Sidoarjo tidak kalah dengan beras yang berasal dari daerah lainnya di Jatim. Hanya saja, beras Sidoarjo warnanya cenderung lebih gelap dan packaging (kemasan)-nya kurang menarik. Dugaan sementara hal itulah yang membuat pembeli tidak terlalu memilih beras hasil petani Sidoarjo.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
"Sudah selayaknya Pemkab Sidoarjo berupaya meningkatkan mesin-mesin giling padi di Sidoarjo. Agar kualitas beras petani tak kalah bersaing dengan beras hasil daerah lain. Bila perlu Pemkab Sidoarjo bekerjasama dengan Bulog. Apalagi, posisi Bulog juga berada di Sidoarjo. Harusnya juga bisa dimanfaatkan kerjasama karena mesinnya bagus baru dapat bantuan mesin dari Penyertaan Modal Negara (PMN)," tegas BHS yang juga alumni Teknik Perkapalan ITS Surabaya ini.
Dalam kunjungan ke pasar dalam rangka peringatan Dirgahayu Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ke 48 ini, BHS menilai beras Sidoarjo harus mempu menguasai pasar tradisional lokal. Alasannya, beras sudah menjadi kebutuhan pokok yang mampu memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan sejumlah usaha dan kebutuhan lainnya. Termasuk berpengaruh pada harga kebutuhan warga lainnya setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriyah.
"Sebut saja beras berpengaruh pada usaha pengantar barang. Kemudian saat sudah menjadi nasi akan menumbuhkan usaha lain seperti lauk-pauk, minuman dan usaha pelengkap makanan lainnya. Saat ini, beras ini menjadi trigger bagi sejumlah usaha lainya. Makanya kualitas dan harganya harus dijaga," pintahnya.
Jika kualitas beras petani Sidoarjo mampu menguasai dan mampu bersaing di pasar tradisional, maka akan semakin menumbuhkan berbagai jenis usaha lain. Termasuk memberikan keuntungan yang lebih tinggi bagi petani Sidoarjo. Sekaligus bisa mensejahterakan petani Sidoarjo.
"Karena masyarakat Sidoarjo sampai saat ini, sekitar 70 sampai 75 persen masih berbelanja di pasar tradisional. Makanya harga dan stoknya harus dicek agar tidak sampai kekurangan. Apalagi, sekarang musim lebaran besok warga dilarang mudik. Jelas kebutuhan beras warga di Sidoarjo meningkat. Beruntung saja stoknya masih aman dan harganya masih stabil," tandasnya. Hel/Waw
Editor : Redaksi