Kurang Ruang Kelas dan Bangunan Memprihatinkan, Dua SDN di Sukodono Sidoarjo Siswanya Terpaksa Belajar Uyel-Uyelan

author republikjatim.com

republikjatim.com

Senin, 17 Mar 2025 17:06 WIB

Kurang Ruang Kelas dan Bangunan Memprihatinkan, Dua SDN di Sukodono Sidoarjo Siswanya Terpaksa Belajar Uyel-Uyelan

i

SIDAK - Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo menggelar Sidak di SDN Anggaswangi 1 dan SDN Suruh, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo karena kekurangan ruang kelas dan bangunan kelasnya sudah memperlihatkan, Senin (17/03/2025).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Sebanyak dua Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo siswa dan siswinya terpaksa belajar uyel-uyelan (berdesakan). Ini menyusul, kedua sekolah yang ada dibawa naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemkab Sidoarjo ini, sangat minim ruang kelas. Bahkan sebagian ruang kelasnya juga atapnya sudah jebol dan kusen jendelanya sudah lapuk dimakan rayap.

Kedua sekolah yang proses belajar dan mengajarnya terganggu karena kekurangan ruang kelas itu diantaranya SDN Anggaswangi 1 dan SDN Suruh, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo. Kedua sekolah ini terpaksa menjadi dua rombongan belajar (rombel) menjadi satu kelas (rombel).

Kepala SDN Anggaswangi 1, Aan Syaiful Malik mengatakan jika selama proses belajar dan mengajar di kelas siswa dan siswinya terganggu. Alasannya karena siswa dan siswinya harus belajar dengan cara berdesak-desakan (uyel-uyelan).

"Ada dua kelas di sekolah kami ini yang jumlah siswanya berlebihan. Yakni di kelas 1 dan kelas 5," ujar Aan Syaiful Malik kepada republikjatim.com, Senin (17/03/2025).

Aan menguraikan untuk kelas 1 berjumlah ada 39 siswa. Sedangkan untuk kelas 5 ada sebanyak 38 siswa. Padahal, idealnya setiap kelas seharusnya berisi maksimal 28 siswa.

"Seharusnya, kelas 1 dibagi menjadi 2 rombongan belajar (rombel), begitu juga dengan kelas 5 yang sudah semestinya dibagi menjadi 2 rombel atau kelas agar tidak belajar berdesakan," pintanya.

Aan menguraikan jika para siswanya itu terpaksa tetap dijadikan satu lantaran SDN Anggaswangi 1 yang jumlah murid keseluruhannya lebih dari 200 siswa ini tidak memiliki ruang kelas baru. Dampaknya, siswa kelas 1 dan kelas 5 terpaksa harus berdesak-desakan saat mengikuti jam pelajaran.

"Kami mohon ada penambahan ruang kelas baru ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemkab Sidoarjo. Apalagi disamping sekolah ini, banyak berdiri pemukiman dan perumahan baru. Tidak menutup kemungkinan akan selalu ada peningkatan jumlah siswa setiap tahunnya," tegasnya.

Tidak hanya SDN Anggaswangi 1, keluhan hampir sama juga terjadi SDN Suruh, Kecamatan Sukodono. Di sekolah ini, kondisinya lebih memprihatinkan lagi. Yakni terdapat tiga ruang kelas yang tidak bisa dipakai (digunakan) untuk proses belajar dan. mengajar. Bahkan ketiga ruang itu, terpaksa harus dikosongkan.

ADVERTISEMENT

republikjatim.com vertical

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Karena atap bangunannya sudah pada ambrol. Bahkan, kayu wuwung sudah habis dimakan ngengat (rayap) yang menyebabkan atap bergelombang dan rawan ambruk. Padahal, di sekolah ini ada 11 Rombel. Sementara jumlah ruangan ada 9 kelas. Jadi masih kurang 2 kelas lagi agar anak-anak didik bisa belajar ideal," ungkap Kepala SDN Suruh, Atik Purwati.

Selain itu, Atik menjelaskan kondisi ini semakin diperparah dengan 3 ruang kelas yang terpaksa tidak digunakan sejak setahun lalu. Hal ini, karena mengalami kerusakan parah. Sehingga ada beberapa Rombel yang terpaksa harus menjalani proses belajar dan mengajar di musala dan perpustakaan sekolah.

"Ya kami terpaksa memanfaatkan ruang yang ada agar anak-anak tetap bisa belajar di ruangan," jelasnya.

Mendengar keluhan dari dua SDN di Kecamatan Sukodono itu, Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo, M Dhamroni Chudlori meminta Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo untuk segera mengajukan anggaran perbaikan sekolah-sekolah yang rusak dan kekurangan ruang kelas itu.

"Karena dengan adanya gedung (ruang) kelas yang mengalami kerusakan menyebabkan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terganggu. Bahkan sampai harus belajar di musala dan perpustakaan itu tidak ideal dan tidak menyebabkan hasil yang maksimal," pinta Dhamroni saat sidak di kedua sekolah itu.

Dalam sidak ini, politisi PKB senior ini ke lokasi usai mendapatkan laporan warga. Saat di SDN Suruh, Dhamroni didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Pemkab Sidoarjo, Tirto Adi berserta stafnya. Bagi politisi asal Kecamatan Tulangan ini, terganggunya proses belajar mengajar akan mengganggu kualitas pembelajaran pada siswa. Bahkan, bisa mengganggu fungsi musala dan perpustakaan.

"Kalau dipakai atau difungsikan sebagai tempat belajar mengajar musala dan perpustakaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Apalagi sampai ada bencana ambruknya atap bangunan sekolah yang disebabkan hujan deras atau angin puting beliung. Tentunya,
semua tidak ingin semua itu terjadi. Makanya, kami meminta kepada Dikbud Pemkab Sidoarjo segera melakukan perbaikan agar tidak mengganggu proses belajar mengajar siswa di kedua sekolah negeri itu," tandasnya. Ary/Waw

Editor : Redaksi

republikjatim.com horizontal