Sidoarjo (republikjatim.com) - Pemkab Sidoarjo menyiapkan langkah mitigasi pengurangan resiko bencana dengan membekali dan melakukan sosialisasi mitigasi di desa yang masuk rawan bencana. Tahun 2023 ini, Pemkab Sidoarjo juga menambah jumlah Desa Tangguh Bencana (Destana) dan sekolah tangguh bencana.
Upaya ini sekaligus sebagai bentuk kewaspadaan dini dalam menghadapi ancaman terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi, curah hujan tinggi disertai angin kencang dan banjir rob.
Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali menginstruksikan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Sidoarjo agar melakukan mapping (pemetaan) daerah rawan bencana. Upaya lainnya dengan mendampingi dan mensosialisasikan pengetahuan tentang mitigasi pengurangan resiko bencana kepada puluhan desa rawan bencana.
"Mapping (pemetaan) ini penting agar bisa efektif dalam melakukan mitigasi bencana. Termasuk sebagai bentuk kewaspadaan dini dalam menghadapi segala kemungkinan terjadinya bencana," ujar Bupati muda yang akrab disapa Gus Muhdlor ini kepada republikjatim.com, Kamis (14/12/2023).
Selain itu, Gus Muhdlor juga alumni SMAN 4 Sidoarjo ini merinci setidaknya ada 16 desa yang ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. Masyarakat yang tinggal di desa rawan bencana diberikan bekal dan informasi yang cukup. Termasuk langkah apa saja yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya korban jiwa maupun luka-luka jika terjadi bencana. Apalagi, setiap desa tangguh bencana memiliki kader Destana yang bertugas mensosialisasikan dan mendampingi masyarakat.
"Bencana yang perlu diwaspadai yakni bencana puting beliung dan banjir rob. Hujan disertai angin kencang biasanya mendekati akhir tahun sampai triwulan pertama awal tahun. Ini yang harus diantisipasi. Yang perlu dilakukan salah satunya dengan menebang pohon di dekat rumah yang berpotensi roboh kalau diterjang angin kencang," tegas Bupati alumni Fisip Unair Surabaya ini.
Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Sidoarjo memasukkan sejumlah kecamatan dalam peta rawan bencana hidrometeorologi. Diantaranya Kecamatan Jabon, Krian, Taman, Waru, Sedati, Buduran, Tanggulangin dan Kecamatan Porong. Berdasarkan data BPBD Pemkab Sidoarjo ada 28 desa yang masuk kategori rawan bencana hidrometeorologi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
"Destana (desa tangguh bencana) dibentuk dengan titiknya di sejumlah wilayah kecamatan. Desa itu masuk dalam peta rawan bencana. Saya minta BPBD memberikan wawasan dan pendampingan tentang pentingnya mitigasi bencana kepada pemerintah desa maupun kader Destana," papar Gus Muhdlor.
Sementara Kepala BPBD Pemkab Sidoarjo, Dwijo Prawito menyebutkan desa yang masuk dalam Desa Tangguh yaitu 4 desa di Kecamatan Jabon (Semambung, Kupang, Kedungpandan, Kedungrejo Kecamatan Jabon), 5 desa di Kecamatan Waru (Tambaksumur, Tambakrejo, Kepuhkiriman, Bungurasih, Wedoro), 3 desa di Kecamatan Porong (Pesawahan, Candi Pari, Wunut), 2 desa di Kecamatan Sedati (Kalanganyar, Segorotambak), 1 desa di Kecamatan Krian (Terungkulon) dan 1 desa di Kecamatan Taman (Tanjungsari).
"Kader Destana ini wajib memiliki tiga hal dasar. Yakni harus mewujudkan tanggap bencana yang ada di wilayahnya, terdepan kalau terjadi bencana dan mampu melakukan proses pemulihan. Kader Destana juga didorong berperan dalam meneruskan ilmunya kepada masyarakat lain. Sehingga masyarakat bisa menganalisa dan mengantisipasi bencana bencana yang mungkin terjadi. Targetnya, masyarakat mampu mengkaji, menganalisis, mengurangi risiko-risiko di wilayah masing-masing dengan sumber daya lokal," katanya.
Sosialisasi dan pemahaman mitigasi bencana tidak hanya tidak hanya diberikan kepada kader Destana. BPBD Pemkab Sidoarjo juga memberikan pemahaman siaga bencana kepada sekolah-sekolah. Total ada 84 sekolah yang sudah dibentuk menjadi sekolah tangguh bencana.
"Para guru dan siswanya mendapatkan bekal mitigasi resiko bencana dari BPBD. Sekolahannya tersebar di Kecamatan Sidoarjo, Waru, Porong, Sedati, Jabon, Krian, Taman, Tanggulangin dan Kecamatan Tulangan," pungkasnya. Hel/Waw
Editor : Redaksi