Mengenal Mbah Mangli Magelang, Ngaji dengan Ribuan Jamaah Tanpa Pengeras Suara Ada di Berbagai Tempat Secara Bersamaan

author republikjatim.com

republikjatim.com

Rabu, 06 Sep 2023 11:41 WIB

Mengenal Mbah Mangli Magelang, Ngaji dengan Ribuan Jamaah Tanpa Pengeras Suara Ada di Berbagai Tempat Secara Bersamaan

i

Foto Dokumentasi Mbah Mangli atau KH Hasan Asy’ari

Magelang (republikjatim.com) - Nama besar Mbah Mangli yang makamnya ada di komplek pondok pesantren Dusun Mangli, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah sudah sangat tersohor. Terutama, untuk kalangan santri dan para alim ulama. Apalagi, Mbah Mangli diyakini sebagai sosok wali Allah atau waliyullah yang memiliki berbagai karomah diluar kemampuan akal sehat manusia biasa.

Mbah Mangli yang punya nama lengkap KH Hasan Asy’ari merupakan mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang didirikan Syekh Achmad Khotib Al Syambasi. Selain itu, Mbah Mangli juga merupakan pengikut Tarekat Alawiyyah. Mbah Mangli kerap mengikuti Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Ar Riyyadh, Pasar Kliwon, Surakarta (Solo) pimpinan Habib Anis bin Alwi Al Habsyi. Wiridan wajib di Pondok Pesantren Mangli adalah Rotib Alhadad, Rotib Alatas dan Rotib Syakron yang sampai sekarang masih dilaksanakan para santri dan santriwatinya.

Sekitar Tahun 1959, Mbah Mangli mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah di tempat tinggalnya itu. Namun, Mbah Mangli tidak memberikan nama resmi pesantrennya itu. Lambat laun pondok dikenal dengan nama Pondok Pesantren Mangli dan sosok KH Hasan Asy’ari dikenal masyarakat dengan nama Mbah Mangli.

Nama itu diberikan masyarakat setempat karena Mbah Mangli dikenal sebagai penyebar Islam dengan basis dari Kampung Mangli, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Selain mendidik umat Islam lewat pesantren, KH Hasan Asy'ari juga aktif melakukan dakwah dan syiar Islam ke berbagai wilayah. Di Desa Mejing, Kecamatan Candimulyo, Mbah Mangli secara khusus menggelar pengajian rutin bertempat di sebuah langgar (surau) yang dikenal sebagai langgar Linggan.

Berdasarkan keterangan sesepuh Dusun Mangli, Mbah Anwar (75) warga Mangli sangat menghormati sosok Mbah Mangli. Bahkan, meski sudah meninggal sejak 2007, nama Mbah Mangli tetap harum. Setiap hari ratusan pelayat dari berbagai daerah memadati makamnya yang berada di dalam kompleks pesantren yang didirikan itu. Mbah Mangli menyebarkan Islam di lereng pegunungan Merapi, Merbabu, Andong dan Telomoyo.

Beliau berhasil mengislamkan kawasan yang dulu menjadi markas para begal dan perampok itu. Pada masa itu, daerah itu dikuasai kelompok begal kondang bernama Merapi Merbabu Compleks (MMC).

"Tantangan beliau sangat berat. Para begal membabat lahan pertanian penduduk dan mencemari sumber mata air pondok. Warga Mangli sendiri belum shalat meski sudah Islam. Kebanyakan warga kami hanya Islam KTP," ujar Kepala Dusun Mangli Suprihadi.

Dusun Mangli terletak persis di Lereng Gunung Andong. Dengan ketinggian 1.200 dpl. Kawasan ini bisa menjadi pesantren yang tertinggi di Jawa Tengah. Dari teras masjid, para santri bisa melihat hamparan rumah di Kota Magelang dan Temanggung dengan jelas dan nyata.

Terdapat sejumlah karomah Mbah Mangli atau KH Hasan Asy'ari. Secara khusus, Mbah Mangli mendidik para santrinya di sebuah pesantren sederhana di Lereng Gunung Andong. Di pesantren itulah yang kemudian dikenal sebagai Kampung Mangli yang terletak di perbatasan Kecamatan Grabag dan Ngablak, kurang lebih 25 kilometer arah timur laut Kota Magelang.

Masjid Mbah Mangli yang masih terjaga semua terbuat dari kayu

Selama syiar Islam, Mbah Mangli tidak melawan berbagai ancaman dan gangguan dari para rampok dan begal. Mbah Mangli justru mendoakan mereka agar memperoleh kebahagiaan dan petunjuk dari Allah SWT. Keikhlasan, kesederhanaan dan ketokohan itu yang membawa Mbah Mangli dekat dengan mantan Wakil Presiden (Wapres) Adam Malik dan beberapa tokoh besar lainnya di Indonesia.

Berbagai kalangan umat Islam datang berbondong-bondong untuk mendengarkan nasihat dan petuah kiai karismatik ini dengan penuh kekhidmatan. Pengajian yang diasuh Mbah Mangli di masa lalu memang hampir tanpa sentuhan teknologi canggih seperti zaman sekarang.

Jangankan peralatan perekam maupun dokumentasi foto, sekadar pengeras suara saja masih jarang dijumpai. Meski saat mengaji tanpa pengeras suara, akan tetapi seluruh jamaah pengajian Mbah Mangli yang berjumlah ribuan orang itu, baik di sebuah masjid maupun di lapangan terbuka selalu dapat mendengar tausiah Mbah Mangli dengan jelas dan terang.

Mbah Mangli juga dikaruniai karomah melipat bumi. Yakni bisa datang dan pergi ke berbagai tempat yang jauh dalam sekejap mata. Di sisi lain, Mbah Mangli dikenal sebagai seseorang yang memiliki kemampuan psikokinesis tinggi.

Berdasar cerita yang beredar di kalangan masyarakat, Mbah Mangli juga bisa mengisi pengajian di beberapa tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Mbah Mangli bisa mengisi pengajian di Mangli. Tapi, pada saat bersamaan juga mengaji di Semarang, Wonosobo, Jakarta dan bahkan kawasan pulau Sumatra.

Karomah lainnya, Mbah Mangli mengetahui permasalahan orang sebelum orang itu menyatakan (mengutarakan). Memang, sebagai sosok ulama kharismatik, Mbah Mangli kerap didatangi tamu dengan berbagai tujuan. Ada yang sekadar bersilaturahmi ngalap berkah dan ada pula yang bertujuan berkonsultasi. Mbah Mangli kerapkali mengetahui permasalahan seseorang, bahkan sebelum orang itu mengungkapkan permasalahannya itu.

ADVERTISEMENT

republikjatim.com vertical

SCROLL TO RESUME CONTENT

Komplek Makam Mbah Mangli

 

Biografi Singkat Mbah Mangli

KELAHIRAN

KH Muhammad Bahri atau yang kerap disapa dengan panggilan KH Hasan Asy’ari atau Mbah Mangli lahir di Kediri, Jawa Timur pada hari Jumat Legi, 17 Agustus 1945 pukul 02.00 dini hari. Mbah mangli merupakan putra bungsu dari Muhammad Ishaq.

Berdasarkan silsilahnya Muhammad Ishaq masih keturunan dari Maulana Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Sedangkan dari garis sang ibu, Mbah Mangli merupakan keturunan dari KH Ageng Hasan Besari (Komplek Makam Jetis, Ponorogo) yang juga masih keturunan Sunan Kalijaga.

WAFAT

Mbah Mangli wafat pada akhir Tahun 2007 dan dimakamkan di Dusun Mangli, Ngablak, Kabupaten Magelang.

KELUARGA

Mbah Mangli melepas masa lajangnya dengan menikahi Hj Ning Aliyah. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai seorang putra dan tiga orang putri. Yakni Gus Thohir, Nimaunah, Nimaiyah dan Nibariyah.

PENDIDIKAN

Mbah Mangli memulai pendidikannya kepada ayahnya. Beliau dengan disiplin diberi pendidikan yang ketat dan sangat keras. Diantara yang diajarkan ayahnya menghafal Kitab Taqrib dan maknanya serta mempelajari tafsir Al Qur’an baik makna maupun nasakh mansukh-nya. Sedangkan di Kudus beliau belajar dengan KH Ma'mun Ahmad di pesantren TBS Kudus Demikian kisah Mbah Mangli, dikutip dari berbagai sumber.

Wallahu A'lamu Bisssowaff.

Editor : Redaksi

republikjatim.com horizontal