Pasokan Turun Harga Jahe Lokal Mahal, Pedagang Sepi Pembeli

author republikjatim.com

republikjatim.com

Senin, 09 Des 2019 21:54 WIB

Pasokan Turun Harga Jahe Lokal Mahal, Pedagang Sepi Pembeli

i

MAHAL - Muji'ah (tengah) dan anggota Polsek Krembung Aipda Bambang Irawan (kanan) dan Aiptu Ismail (kiri) menunjukkan jahe lokal dan jahe impor di Krembung yang naik harganya, Senin (09/12/2019).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Harga jahe lokal mengalami kenaikan drastis. Jika sebelumnya, harganya Rp 15.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp 35.000 hingga Rp 36.000 per kilogram. Kondisi ini dikeluhkan para pedagang dan pembeli yang ada di Pasar Tradisional Krembung.

"Kekosongan pasokan jahe lokal di pasar, kemungkinan imbas dari cuaca musim kemarau panjang. Sehingga harga jual jahe lokal mahal. Saat jahe impor ditawarkan ke pembeli tidak ada yang mau," terang pedagang jahe asal Krembung, Muji'ah kepada republikjatim.com, Senin (09/12/2019).

Lebih jauh, perempuan 45 tahun ini menilai jahe lokal bentuknya kecil, dalamnya berwarna agak kekuningan dan rasanya pedas. Sedangkan jahe impor itu bentuknya besar, warnanya putih dan tidak memiliki rasa pedas. Pembeli jahe lokal itu, kebanyakan pemilik warung kopi untuk dibuat minuman atau herbal. Selain itu, ibu rumah tangga dipergunakan bumbu siap saji.

"Pemilik warung seperti warung kopi biasanya membeli. Tapi sekarang mereka tidak membeli. Selain stok jahe lokal di pasar kosong, juga harganya mahal," ungkapnya.

Muji'ah memaparkan harga jual jahe lokal di pasar sebelumnya seharga Rp 15.000 per kilogram. Namun kini, menjadi Rp 35.000 sampai Rp 36.000 per kilogram. Harga jahe impor sebelumnya Rp 25.000, kini harganya turun menjadi Rp 20.000. Sedangkan harga jahe emprit sebelumnya Rp 35.000 per kilogram dan turun menjadi Rp 30.000 per kilogram.

ADVERTISEMENT

republikjatim.com vertical

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Untuk harga bawang putih, saat ini sudah stabil mencapai Rp 21.000 per kilogram. Kunir harga jualnya juga stabil Rp 5.000 per kilogram. Para pedagang disini merasakan keluhan sama. Merasa kesulitan mencari dan menjual jahe lokal karena tidak ada barang itu," tegasnya.

Selama ini, kata Muji'ah harga rempah-rempah berasal dari berbagai daerah di Jatim. Seperti jahe lokal dari Malang dan Kediri. Mahalnya harga jahe lokal, membuat omzet pendapatan pedagang menurun drastis.

"Biasanya sehari kami mampu menjual 5 kuintal, kini hanya menjual 3 kuintal. Bahkan tidak menjual karena tidak ada barang. Terkadang ke petani langsung, juga kosong dan tidak menanam jahe lokal," tandasnya. Yan/Waw

Editor : Redaksi

Tag :
republikjatim.com horizontal