Konon Burung dan Pesawat Bisa Jatuh Saat Melintas di Atas Makam Pangeran Purbaya yang Keramat di Yogyakarta


Konon Burung dan Pesawat Bisa Jatuh Saat Melintas di Atas Makam Pangeran Purbaya yang Keramat di Yogyakarta PANGERAN PURBAYA - Salah satu rombongan peziarah asal Sidoarjo yang berziarah ke makam Pangeran Purbaya yang ada di sisi Barat Masjid Wotgaleh Kagungan Dalem (tanah pemberian keraton) Yogyakarta pekan kemarin.

Yogyakarta (republikjatim.com) - Berdasarkan babad Tanah Jawa, nama asli Pangeran Purbaya adalah Jaka Umbaran. Pangeran Purbaya dikenal sebagai putra Panembahan Senopati yang lahir dari istri putri Ki Ageng Giring.

Ceritanya bermula saat Ki Ageng Giring menemukan sebuah kelapa muda ajaib. Konon jika air kelapa itu diminum sampai habis dalam sekali teguk, maka akan menyebabkan peminumnya dapat menurunkan raja-raja Tanah Jawa.

Berdasarkan cerita turun temurun dan Babad Tanah Jawa, konon tanpa sengaja air kelapa muda itu, ternyata diminum habis Ki Ageng Pamanahan yang bertamu ke rumah Ki Ageng Giring karena dalam keadaan haus. Saat itu, Ki Ageng Pamanahan merasa bersalah setelah mengetahui khasiat air kelapa ajaib itu. Dia pun akhirnya menikahkan putranya, yakni Sutawijaya dengan anak perempuan Ki Ageng Giring.

Namun karena istrinya itu berwajah jelek, membuat Sutawijaya pun pulang ke Mataram dan meninggalkan istrinya yang dalam keadaan mengandung itu. Kemudian putri Ki Ageng Giring melahirkan Jaka Umbaran atau Pangeran Purbaya (diumbar dalam bahasa Jawa artinya ditelantarkan).

Setelah dewasa Jaka Umbaran pergi ke Mataram untuk mendapat pengakuan dari ayahnya. Saat itu, Sutawijaya sudah bergelar Panembahan Senopati. Melalui perjuangan yang berat, akhirnya Jaka Umbaran berhasil mendapat pengakuan sebagai putra Mataram dengan gelar Pangeran Purbaya itu.

Dalam naskah Babad Tanah Jawa mengisahkan putra Panembahan Senopati yang paling sakti ada dua. Yang pertama Raden Rangga yang meninggal dunia di usia muda. Sedangkan yang kedua adalah Pangeran Purbaya. Ia merupakan pelindung tahta Mataram saat dipimpin keponakannya, yaitu Sultan Agung pada masa Tahun 1613 - 1645.

Sebagian masyarakat Jawa percaya, jika Sultan Agung sebenarnya putra kandung Purbaya. Konon, Sultan Agung sewaktu bayi sengaja ditukar Purbaya dengan bayi yang dilahirkan istrinya. Kisah ini seolah berpendapat jika Sultan Agung perpaduan darah Mataram dan Giring. Namun pendapat ini hanyalah pendapat minoritas yang kebenarannya sulit dibuktikan.

Selama itu, Pangeran Purbaya hidup sampai zaman pemerintahan Amangkurat I putra Sultan Agung. Bahkan ia hampir saja menjadi korban ketika Amangkurat I menumpas tokoh - tokoh senior yang tidak sesuai dengan kebijakan politiknya. Beruntung, Pangeran Purbaya saat itu mendapat perlindungan ibu suri (janda Sultan Agung).

Pangeran Purbaya meninggal dunia bulan Oktober 1676. Ia meninggal saat ikut serta menghadapi pemberontakan Trunojoyo. Makam Pangeran Purbaya berada di sisi barat masjid Wotgaleh Kagungan Dalem (tanah pemberian Keraton). Wotgaleh itu berasal dari kata wot ing penggalih, yang artinya jembatan hati menuju ketenteraman. Makanya, tidak heran jika banyak orang datang untuk lelaku tirakat.

Pangeran Purbaya I atau Pangeran Senopati. Nama kecil beliau adalah Raden Damar atau juga dikenal dengan nama Joko Umbaran. Pangeran Purbaya I merupakan keturunan Panembahan Senopati pendiri Kerajaan Mataram dan Rara Lembayung putri Ki Ageng Giring.

Selama ini, banyak mitos yang dipercaya tentang Makam Pangeran Purbaya ini. Diantaranya, pesawat akan jatuh jika melintas di atas makam Pangeran Purbaya. Termasuk burung pun bisa jatuh jika terbang di atas makam Pangeran Purbaya. Tidak hanya soal mitos, sampai saat ini Makam Wotgaleh dikenal sangat keramat. Sehingga siapa pun yang berkunjung di tempat ini harus menjaga etika dan tatakrama. Hel/Waw