Sidoarjo (republikjatim.com) - Meski sempat tidak memproduksi, produsen tahu dan tempe Desa Sepande, Kecamatan Candi, Sidoarjo sudah mulai memproduksi, Senin (04/01/2021).
Sebelumnya, para produsen tahu dan tempe ini sempat mogok selama tiga hari mulai tanggal 1 -3 Januari 2021. Hal ini, akibat kelangkaan dan melonjaknya harga bahan baku kedelai sejak akhir Desember 2020. Sebelum mengalami kenaikan harga bahan baku kedelai hanya 7.000 per kilogram sekarang naik menjadi 9.300 per kilogram.
Pj Bupati Sidoarjo, Hudiyono didampingi Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Sidoarjo, Tjarda mengecek stok kedelai di gudang milik Primkopti Karya Mulya di Desa Sepande. Koperasi yang menaungi 270 produsen tempe ini setiap bulan menyediakan bahan baku kedelai sebanyak 15.000 ton.
Hudiyono mengatakan stok kedelai di Jatim saat ini sudah tersedia 450.000 ton. Dari jumlah itu, kebutuhan para produsen tahu danbtempe di Sidoarjo dipastikan bisa terpenuhi.
"Masyarakat sebenarnya banyak yang membutuhkan tahu dan tempe karena sudah menjadi konsumsi kebutuhan sehari-hari. Untuk Jatim stok yang tersedia ada 450.000 ton. Saya kira di Sidoarjo bisa terpenuhi karena setiap bulan yang dibutuhkan sekitar 15.000 ton. Kami pastikan tidak ada kelangkaan kedelai. Saat ini Pemkab Sidoarjo bersama dengan pemprov Jatim berupaya menekan harga bahan baku kedelai bersama pemerintah pusat," ujar Hudiyono, Senin (04/01/2021).
Kelangkaan bahan baku kedelai, kata Hudiyono disebabkan karena impor dalam jumlah besar yang dilakukan negara AS dan China. Akibatnya, stok kedelai di pasar internasional mengalami kekurangan. Mayotitas produsen tahu dan tempe di Indonesia menggantungkan kedelai impor termasuk produsen dari Sidoarjo.
"Kelangkaan kedelai kemarin bukan hanya terjadi di Sidoarjo saja, tetapi juga terjadi secara nasional. Impor besar-besaran yang dilakukan AS dan China juga menyebabkan harga bahan baku tahu dan tempe naik sebesar 25 persen. Sedangkan produsen kesulitan menaikkan harga tahu dan tempe di pasaran," tegasnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski demikian, Ketua Primkopti Karya Mulya, Sukari mengaku terpaksa menaikkan 10 persen dari harga biasanya. Sukari mengaku jumlah produksi tahu dan tempe sekarang dikurangi karena takut merugi.
"Harga di pasar kita naikkan sekitar 10 persen. Sedangkan harga bahan baku kedelai dipasaran naiknya 25 persen. Upaya ini agar tidak rugi jumlah produksi dikurangi karena khawatir tidak semua habis terjual," ungkapnya.
Bagi Sukari, pihaknya tidak menolak jika ada bahan baku kedelai lokal. Meski sampai saat ini koperasi yang dikelolanya mengandalkan kedelai impor.
"Karena, stok kedelai lokal tidak bisa harapkan. Apalagi, pengalamannya stok kedelai lokal sering kosong," tandasnya. Hel/Waw
Editor : Redaksi