Sidoarjo (republikjatim.com) - Sekitar 225 siswa dan siswi SMK Pemuda Krian, Sidoarjo memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun yang jatuh tanggal 2 Mei 2025 dengan cara yang berbeda. Ratusan siswa dan siswi SMK Pemuda Krian yang ada di kawasan Desa Kemasan, Kecamatan Krian, Sidoarjo ini melaksanakan sungkem sekaligus memberikan ikatan bunga untuk para guru di sekolah yang sudah berdiri sejak Tahun 1972 ini.
Kendati demikian, para siswa dan siswi juga tetap melaksanakan Upacara Bendera Hardiknas uang diperingati untuk mengenang jasa Pahlawan Nasional sekaligus Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara.
Pagi itu, para siswa tidak hanya mengenakan pakaian adat sesuai dengan edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Begitu juga para guru maupun siswa dan siswi tampak gagah, anggun dan terasa sangat nasionalis dengan busananya masing-masing.
Mereka menampak representasi budaya dari Sabang sampai Merauke mewarnai sekolah itu. Mulai dari baju adat Aceh, Minang, Padang, Lampung, Kalimantan, Dayak, Betawi, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, NTT, NTB dan sebagainya digunakan para siswa dan siswi serta para dewan guru.
Peringatan Hardiknas dimulai dengan apel upacara Hardiknas yang dipimpin Kepala SMK Pemuda Krian, Desy Kartikaningtyastuti. Seluruh peserta mengikuti prosesi dengan khidmat.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan penampilan siswa membawakan puisi Hardiknas berjudul Dari Sekolah untuk Negeri. Selanjutnya, ada acara pembagian hadiah lomba yang telah dilaksanakan sebelumnya disambut riuh tepuk tangan gembira para peserta apel dan upacara.
Tidak hanya sampai disitu, ada
surprise momen haru di penghujung acara ini. Diiringi suara indah pembacaan puisi berjudul Guru Cerminku, tampak para siswa dan siswi SMK Pemuda Krian melakukan prosesi sungkeman kepada para guru.
Siswa dan siswi meraih tangan para guru, mengucapkan terima kasih dan disambut hangat usapan tangan lembut guru sembari mendoakan kesuksesan bagi siswa dan siswinya. Selain itu, sekuntum mawar dan ikatan bunga lainnya juga tidak lupa diberikan kepada para guru. Hal ini, menambah suasana hangat prosesi sungkeman itu dan tidak jarang siswa dan siswi meneteskan air matanya usai sungkem para gurunya itu.
"Saat sungkeman guru rasanya sedih dan haru. Karena saya sudah kelas tiga mau berpisah dengan para guru. Para guru sudah mengajar saya dan teman-teman selama 3 tahun terakhir. Kami merasa cukup banyak jasa para guru yang dengan sabar mengajar kami ilmu akademik dan non akademik. Bahkan mereka dengan sabar mengajari kami akhlak dan budi pekerti," ujar siswa Kelas 12 Bisnis Digital Pemasaran (BDP) SMK Pemuda Krian, Putri Ramadani kepada republikjatim.com, Jumat (02/05/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih jauh, Putri mengaku sungkem dan ikatan bunga itu menjadi bentuk ucapan terima kasih untuk guru sekaligus wujud bakti dan penghormatan dari siswa dan siswi. Karena para guru sudah menjadi orang tua kedua bagi para siswa dan siswi. Bahkan para guru rela mendedikasikan waktu untuk membimbing para siswa di sekolahnya itu.
"Selama ini para guru tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga membimbing, memberi dorongan semangat (motivasi) sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri siswa dan siswi yang hendak lulus seperti saya ini," ungkap Putri sembari meneteskan air mata.
Sementara Kepala SMK Pemuda Krian,
Desy Kartikaningtyastuti berharap Hardiknas bisa menjadi momentum untuk siswa dan siswi SMK Pemuda Krian memperkokoh rasa nasionalisme dan menghargai peran penting pendidikan. Terutama, sosok guru dalam membentuk karakter dan identitas bangsa Indonesia melalui pendidikan karakternya.
"Kami mengapresiasi dan merasa bangga dengan anak anak (didik) yang mau sungkem dan menunjukkan bakti
serta hormatnya yang sangat besar kepada para gurunya. Apalagi, selama ini para guru sebagai pengganti orangtua yang sudah mengajari mereka berbagai pelajaran baik akademik maupun non akademik agar menjadi siswa berkarakter mulia," ungkap guru yang akrab disapa Desy ini.
Sedangkan soal adanya isu konflik sekolah (guru), wali murid dan siswa, dinilai Desy hanya karena persoalan lemahnya dalam koordinasi dan komunikasi antar berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Bahkan tidak jarang hanya dikarenakan persoalan komunikasi yang kurang baik saja.
"Karena itu, di sekolah kami ini setiap ada program atau tahun ajaran baru selalu kami sampaikan ke wali murid dan siswa agar semua tahu apa yang sudah direncanakan pihak sekolah dan sudah dilaksanakan sebagai realisasi program. Upaya ini sebagai langkah mengurangi konflik dan miss komunikasi antara guru, walimurid dan siswa di sekolah," tandasnya. Ary/Waw
Editor : Redaksi