Sidoarjo (republikjatim.com) - Harga beras di pasaran berangsur-angsur turun. Seperti yang terlihat di Pasar Larangan, Kecamatan Candi, Sidoarjo. Meski begitu operasi pasar terus dilakukan Pemkab Sidoarjo bersama Bulog.
Beras medium SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras) bersubsidi terus digelontorkan. Jumlahnya mencapai 30 ton perhari di Pasar Larangan yang juga salah satu pasar tradisional terbesar di Sidoarjo ini. Belum lagi di Pasar Porong sebanyak 15 ton dan Pasar Tulangan sebanyak 2 ton perhari.
Forkopimda Sidoarjo mengecek distribusi beras bersubsidi itu di Pasar Larangan, Jumat (08/03/2024). Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali bersama Ketua DPRD Sidoarjo, Usman, Kapolresta Sidoarjo, Kombes Pol Christian Tobing dan Dandim 0816 Sidoarjo Letkol Inf Guntung Dwi Prasetyo serta Kepala Kantor Bulog Cabang Surabaya Utara, Sugeng Hardono. Mereka memastikan harga beras relatif stabil dan ketersediannya aman di pasaran mendekati bulan Suci Ramadhan 1445 Hijriyah ini.
"Memang beberapa Minggu kemarin terjadi kenaikan harga beras. Tapi per hari ini sudah mulai turun dan harganya relatif stabil. Dengan masifnya intervensi dari kabupaten, harga beras relatif turun hari ini. Kenaikan itu terjadi beberapa Minggu kemarin, terutama beras tipe medium. Alhamdulillah hari ini mulai turun dan relatif stabil," ujar Bupati muda yang akrab disapa Gus Muhdlor kepada republikjatim.com, Jumat (08/03/2024).
Kendati demikian, Gus Muhdlor menilai intervensi pemerintah dalam menjaga stabilisasi harga beras akan terus dilakukan. Apalagi, menjelang bulan Suci Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi. Operasi pasar beras SPHP akan terus digencarkan. Distribusi beras medium Bulog seharga Rp 10.900 per kilogram itu terus digelontorkan untuk menekan harga beras turun.
"Soal operasi pasar beras SPHP harus kita gencarkan di Kabupaten Sidoarjo. Tujuannya agar harga beras cepat stabil di pasaran," urai Bupati alumni Fisip Unair Surabaya ini.
Gus Muhdlor juga menegaskan selain beras, terdapat beberapa komoditas lain yang juga menjadi atensi dari Kabupaten Sidoarjo. Komoditas pangan itu masuk prioritas untuk dapat distabilkan harganya. Yakni harga telur dan harga cabe rawit.
"Telur ini kita sudah bekerjasama dengan Kabupaten Blitar. Kalau memang harganya tidak bisa ditekan kami akan memberikan subsidi angkutan dan lainnya. Untuk cabe rawit juga kebanyakan dari Banyuwangi itu juga sama treatmennya. Kalau tidak terkendali terlalu banyak, maka kita berikan intervensi berupa subsidi angkutan dan sebagainya," tegas alumni SMAN 4 Sidoarjo ini.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Gus Muhdlor memaparkan kenaikan beras kemarin hampir merata di seluruh Jawa Timur. Penyebabnya, panen raya padi tidak merata. Sehingga ketersediaan beras di pasaran sangat sedikit. Namun, dipastikannya stok beras di Bulog sangat tercukupi.
"Secara umum stok di Bulog sangat mumpuni. Saya yakin ketika beras SPHP turun di masyarakat, harga bisa ditekan dan HET Rp 10.900 bisa berjalan," paparnya.
Salah seorang pedagang beras di Blok BN 12 Pasar Larangan, Djoyo mengakui harga beras di Pasar Larangan mulai turun meski tidak signifikan. Baginya, penurunan harga beras premium hanya mencapai Rp 400. Dari harga Rp 16.200 turun menjadi Rp 15.800 per kilogram. Sedangkan harga beras medium turun sebesar Rp. 600 yakni dari harga Rp 14.200 turun menjadi Rp 13.600 per kilogram.
"Harga beras mulai turun menjelang bulan Ramadan. Tapi, penurunannya tidak terlalu signifikan, kisarannya Rp. 400 untuk harga beras premium dan untuk harga beras medium turun Rp 600," katanya.
Menurut Djoyo meski harga beras mulai turun, masyarakat tetap memilih membeli beras Bulog yang dijualnya sesuai HET Rp 10.900 per kilogram. Menurutnya, pembeli beras merasa harga beras saat ini masih tinggi. Karena itu, jatah 2 ton beras SPHP perhari yang dijualnya selalu ludes hanya dalam setengah jam saja.
"Pembeli beras premium dan medium juga normal. Tapi masyarakat umum cenderung memilih antri membeli beras murah dengan harga Rp 10.900 per kilogram itu," pungkasnya. Hel/Waw
Editor : Redaksi