Sidoarjo (republikjatim.com) - Siti Jamiah (66) tampak dengan setia menemani disamping suaminya, Sungali (65) yang sedang menjalani pengobatan hemodialisa (cuci darah) yang telah dijalani selama empat tahun terakhir ini. Siti pun menceritakan pengalaman dan rasa syukurnya karena dirinya dan suaminya terlindungi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Awalnya saya tahu ada Program JKN dari desa dan sudah lama. Sejak awal ada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Tahun 2014 lalu, saya langsung ingin mendaftar untuk jaga-jaga walau tidak berharap sakit. Siapa tahu suatu hari pasti dibutuhkan. Alhamdulillah, saya sudah didaftarkan jadi peserta JKN segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) kelas 3 yang iurannya ditanggung pemerintah," ujar Siti Jamiah kepada republikjatim.com, Kamis (30/11/2023).
Siti menjelaskan dirinya tidak pernah terpikirkan maupun berharap akan memanfaatkan kartu JKN yang dimilikinya. Namun, ternyata empat tahun lalu kemalangan tidak dapat dihindari karena suaminya mengalami sakit yang sampai menyebabkan harus rutin cuci darah hingga sekarang. Siti pun tak ragu memanfaatkan Program JKN untuk perawatan kesehatan suaminya.
"Saat itu, suami saya mengeluh kalau perutnya sakit. Jadi kami langsung pergi periksa ke dokter di Puskesmas Balongbendo. Setelah diperiksa, ternyata ada batu di saluran kencingnya. Dokter pun langsung menyampaikan untuk dilakukan tindakan operasi. Sudah menjalani operasi, tapi setahun kemudian ada batu lagi dan ginjalnya sudah tidak bagus. Jadinya harus cuci darah seminggu dua kali setelah itu," papar Siti.
Warga asal Desa Beron, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo ini juga menyampaikan harapannya agar Program JKN selalu ada karena sangat dibutuhkan masyarakat. Karena Siti sudah merasakan manfaatnya langsung, bukan hanya untuk perawatan cuci darah suaminya saja. Akan tetapi, juga dirinya memanfaatkan Program JKN untuk rutin periksa di poli jantung.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
"Wah kalau tidak ada Program JKN saya tidak bisa bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan. Anak saya satu tapi sudah berkeluarga. Jadi sekarang tinggal berdua dengan bapak. Usia segini pasti penyakit mulai ada. Saya sendiri rutin kontrol ke poli jantung. Jadi ada Program JKN ini saya sangat terbantu. Jaminan kesehatan yang bisa menanggung seperti Program JKN. Semoga program JKN ada terus dan buat yang belum menjadi peserta JKN menurut saya harus mendaftar karena tidak ada ruginya. Kalau sakit, sudah tidak khawatir karena ada yang menjamin. Kalau tidak sakit justru Alhamdulillah," tegas Siti.
Selama empat tahun terakhir ini Sungali menjalani cuci darah di Rumah Sakit Anwar Medika Balongbendo, Sidoarjo. Cuci darah ini dilakukan dua kali seminggu setiap hari Senin dan Kamis. Sungali juga menuturkan selama mendapat perawatan dirinya tidak pernah mengalami kesulitan dalam menggunakan Program JKN. Sungali selalu mendapatkan perawatan sesuai yang dibutuhkan dan tidak pernah merasa dibedakan dengan pasien lain, meski dirinya sebagai peserta PBI kelas 3.
"Saya merasa bersyukur bisa jadi peserta JKN. Jadi bisa menjalani perawatan cuci darah ini. Setiap cuci darah semua perawat baik, semua ramah, obat yang diberikan juga sesuai dan benar-benar tidak pernah dibeda-bedakan. Jadi selama 4 tahun perawatan saya merasa nyaman. Selain perawatan yang selalu lancar dan kesehatan saya membaik, tentu saya sangat bersyukur selama ini tidak berat di masalah biaya. Bayangkan kalau tidak ditanggung Program JKN, berapa biaya yang harus saya keluarkan. Sekali tindakan sekitar Rp 1 juta, dikali seminggu dua kali selama 4 tahun. saya sudah setua ini mau dapat uang dari mana kalau tidak ada program JKN," pungkasnya. Hel/Waw
Editor : Redaksi