Tak Hanya Bangun Fisik, Gus Muhdlor Piawai Dorong Pengembangan Perekonomian Kerakyatan UMKM di Sidoarjo


Tak Hanya Bangun Fisik, Gus Muhdlor Piawai Dorong Pengembangan Perekonomian Kerakyatan UMKM di Sidoarjo UMKM - Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali mengecek berbagai produk UMKM Sidoarjo saat pameran di Alun - Alun Sidoarjo beberapa waktu lalu.

Sidoarjo (republikjatim.com) - Kepiawaian Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali dalam membangun Sidoarjo tidak hanya difokuskan pada pembangunan fisik berupa jalan beton, frontage road serta Flyover Aloha, Flyover Krian dan Flyover Tarik. Akan tetapi, sektor pengembangan perekonomian masyarakat menengah ke bawah juga mendapatkan perhatian Bupati Sidoarjo yang akrab disapa Gus Muhdlor itu.

Sejumlah program di sektor perekonomian difokuskan pada pengembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Diantaranya memberikan bantuan permodalan kepada para pemilik UMKM melalui program KURDA (Kredit Usaha Rakyat Daerah) Sayang (Sidoarjo yang Gemilang).

Berdasarkan datanya sejak dipimpin Gus Muhdlor pada awal Tahun 2021 hingga pertengahan 2023 ini, tercatat plafon anggaran Kurda Sayang terserap sebesar Rp 45,7 miliar dengan jumlah UMKM yang penerima manfaat sebanyak 1.584 pelaku UMKM. Rinciannya hingga bulan Juli 2023, jumlah pemohon yang masuk sebanyak 312 debitur dengan plafon anggaran yang terserap sebesar Rp 12,42 miliar. Sedangkan subsidi dari APBD yang terserap sebesar Rp 2,52 miliar. Sementara sejak awal 2021 sampai 2022, terdapat sebanyak 1.236 debitur dengan nilai plafon anggaran terserap Rp 33,28 miliar dengan besaran subsidi yang terserap dari APBD sebesar Rp 7,12 miliar.

Program ini diharapkan memberikan akses lebih mudah bagi para pelaku UMKM untuk mendapat dukungan finansial (permodalan) dalam mengembangkan usahanya.

Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali mengatakan program KURDA Sayang menjadi wujud nyata komitmen Pemkab Sidoarjo membantu para pelaku UMKM mengembangkan usahanya. Selain itu, juga mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Sidoarjo. Bahkan, program ini disusun dengan cermat untuk memastikan kredit dapat diakses berbagai sektor usaha dan tidak hanya terbatas pada beberapa jenis pelaku usaha tertentu saja.

"Persyaratan dan prosedur pengajuan KURDA Sayang ini dirancang agar mudah dipahami dan diikuti para calon penerima kredit (pemohon) atau para pelaku UMKM. Pencairannya kami bekerjasama dengan BPR Delta Artha sebagai penyalur dana. Nanti pemohon yang mengajukan bisa langsung menuju ke BPR Delta Artha," ujar Bupati muda yang akrab disapa Gus Muhdlor ini kepada republikjatim.com, Minggu (19/11/2023).

Direktur Utama (Dirut) BPR Delta Artha Sidoarjo, Sofia Nurkrisnajati Atmaja menjelaskan untuk mendapat bantuan modal dari program KURDA Sayang syaratnya harus melakukan pengajuan. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pemohon diantaranya Buku Tabungan Tammara BPR Delta Artha, pas foto, dokumen pribadi (KTP, KK, buku nikah jika sudah menikah). Selain itu, ada bukti legalitas usaha. Diantaranya, surat keterangan usaha, NPWP dan NIB), fotocopy PBB tempat tinggal, bukti pembayaran (meliputi listrik, air, dan telepon) dan yang terakhir foto copy jaminan (BPKB atau SHM).

"Terdapat tiga jenis pinjaman dalam program Kurda Sayang. Pertama, pinjaman senilai Rp 1juta sampai Rp 10 juta. Dari semua persyaratan pemohon harus melampirkan, kecuali NPWP, NIB, fotocopy PBB dan fotocopy jaminan. Kedua, di atas Rp 10 juta hingga Rp 50 juta, yang tidak dilampirkan hanya NIB, dan surat legalitas usaha lain. Kemudian ketiga, pinjaman di atas Rp 50 juta harus melampirkan semua persyaratan," ungkap Sofie.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Edi Kurniadi menegaskan program KURDA Sayang sangat membantu karena bunga yang ditanggung hanya 3 persen. Padahal semestinya kewajiban bunganya sebesar 11 persen. Hal ini karena bunga sebesar 8 persen ditanggung atau disubsidi Pemkab Sidoarjo melalui dana APBD. Program ini diperuntukkan untuk kemudahan menambah modal usaha bagi para pelaku UMKM Sidoarjo.

"Subsidi berupa keringanan bunga untuk pelaku UMKM sebesar 8 persen. Kewajiban pelaku UMKM yang meminjam modal lewat Kurda Sayang bunganya hanya 3 persen pertahun," tegas Edi.

Selain itu, kata Edi juga ada program Kartu Usaha Perempuan Mandiri (Kurma). Program ini masih bakal menjadi andalan Pemkab Sidoarjo dalam menyasar kelompok usaha perempuan mandiri. Pada Tahun 2023 ini target program Kurma bisa menyasar 2.500 kelompok usaha. Anggaran yang disiapkan mencapai Rp 23 miliar.

"Rinciannya, untuk bantuan Rp 20 miliar, sementara Rp 3 miliar untuk kegiatan pendukungnya. Seperti sosialisasi maupun pendampingan kepada pelaku usaha. Program pendampingan ini penting untuk membantu agar usaha penerima program bisa tetap eksis dan berkembang. Karena itu, kami upayakan pelatihan seperti produksi, manajemen keuangan hingga pemasaran, termasuk laporan keuangannya," paparnya.

Edi menjelaskan, pihaknya juga memantapkan mekanisme penyaluran program Kurma. Harapannya, agar program ini bisa tepat sasaran. Bahkan harus lebih baik dari Tahun 2022 sebelumnya.

"Kalau di Tahun 2022, Pemkab telah merealisasikan program Kurma dengan total ada 1.891 kelompok usaha penerima suntikan modal. Total anggaran yang disalurkan mencapai Rp 14,92 miliar. Begitu juga program Beda Warung. Setiap tahun kami mampu merevitalisasi 400 unit warung. Tujuannya agar warung rakyat itu semakin banyak dan ramai pembeli. Anggarannya dari APBD dan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) perumahaan di Sidoarjo," urainya.

Salah satu pelaku UMKM Sidoarjo, Ny Sri Wulandari mengaku sudah tiga kali mengajukan kredit pinjaman modal usaha Kurda Sayang. Pengusaha Catering dan Travel itu mengaku sangat terbantu dengan program Kurda karena bunganya sangat ringan hanya 3 persen per tahun.

"Alhamdulillah program Kurda dari pemkab ini sangat membantu dalam menambah modal usaha saya. Program ini, betul-betul sangat membantu usaha saya bisa berkembang. Tanpa ada dukungan permodalan, tidak mungkin usaha saya berkembang seperti sekarang ini," akunya.

Tidak hanya memberi bantuan permodalan bagi UMKM, program lain dalam pengembangan perekonomian kerakyatan Gus Muhdlor juga merevitalisasi pasar tradisional. Diantaranya Pasar Larangan, Kecamatan Candi, Sidoarjo pada Juli 2023 lalu, sekitar 263 Pedagang Kali Lima (PKL) yang biasanya memenuhi bagian depan pasar direlokasi ke bagian barat Pasar Larangan. Selain diberi tempat khusus, ratusan PKL itu juga bakal dibantu permodalan dan dibuatkan buku oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Sidoarjo.

"Kami juga membuat taman di depan Pasar Larangan agar PKL tidak kembali berjalan di bagian depan Pasar Larangan hingga menutup jalan, parkir dan pertokoan di bagian depan pasar terbesar di Sidoarjo itu," ungkap Kepala Disperindag Widiantoro Basuki.

Selain Pasar Larangan, kata pejabat yang akrab disapa Wiwid ini juga sudah membangun Grosir Sayur Pasar Porong yang kini diresmikan Bupati Sidoarjo. Grosir Sayur ini mampu menampung pedagang yang selama ini, berjualan bersamaan di lokasi loading dock di dalam Pasar Porong. Menurutnya, bangunan Grosir Sayur ini atas kerjasama Pemkab Sidoarjo dan pedagang yang mau berswadaya membangun tempat usahanya secara mandiri. Hal ini bagian dari program Bupati Sidoarjo soal Self Governance Community.

"Usai diresmikan pedagang juga diberi keringanan bantuan permodalan melalui BPR Delta Artha, khusus pedagang yang berjualan di Grosir Sayur Pasar Porong. Nantinya, ke depan Grosir Sayur juga akan dikembangkan ke Pasar Kedungrejo, Kecamatan Waru dengan cara pasar lama direvitalisasi dan Pasar Surungan di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo akan dibangun dengan anggaran sekitar Rp 8 miliar agar wilayah Kecamatan Balongbendo memiliki pasar tradisional di Tahun 2024 mendatang," katanya.

Sementara Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali menegaskan bakal terus berusaha memberi kemudahan bagi para pelaku UMKM dan pedagang. Alasannya, karena perekonomian kerakyatan itu dinilai mampu bertahan dalam situasi Covid -19 maupun situasi krisis ekonomi global. Tidak hanya itu, saat ini sudah terdapat sebanyak 300 pelaku UMKM di Sidoarjo yang mampu menebus pasar ekspor ke Asia dan Eropa.

"Sejak tahun lalu, melalui Surabaya Ekspor Center yang membawa produk UMKM Indonesia go to eksport, ditarget 1.500 produk UMKM dari 8 provinsi di Indonesia yang akan diekspor. Dari 1.500 produk UMKM yang ekspor, dari jumlah itu 300 produk UMKM berasal dari Kabupaten Sidoarjo. Jumlah itu 20 persen dari total ekspor keluar negeri. Ini artinya, kami tidak mau Sidoarjo sebagai kota UMKM sejak bertahun - tahun lalu hanya slogan saja. Tapi, kami realisasikan dan kami wujudkan dalam bentuk pengembangan perekonomian warga Sidoarjo agar semakin sejahtera," pungkas Bupati alumni Fisip Unair Surabaya ini. (2 Bersambung)

Penulis : Sudarmawan  Editor : M Helmi