Pelajar Smamita Sulap Sampah Plastik Jadi Rak, Meja dan Kursi


Pelajar Smamita Sulap Sampah Plastik Jadi Rak, Meja dan Kursi OLAH SAMPAH - Ratusan siswa dan siswi SMA Muhammadiyah I Taman (Smaita) mengolah sampah plastik menjadi rak, meja, kursi dan kasur yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan di kelas, Rabu (21/02/2018).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Ratusan pelajar kelas X SMA Muhammadiyah I Taman (Smamita) menyulap (mengolah) tumpukan sampah plastik menjadi benda-benda yang bisa dimanfaatkan. Para siswa dan siswi ini mengelolah sampah plastik (kresek) dan bekas botol air mineral menjadi barang-barang kebutuhan rumah tangga.

Sejumlah desain pengelolaan sampah plastik itu diantaranya menjadi kasur, rak buku, rak mukena dan sarung serta menjadi meja dan kursi. Bahan-bahan sampah itu sebagian besar dipungut para pelajar kelas 10, 11, dan 12 dari sekitar lingkungan sekolah itu. Selain itu, sebagian juga dibawa dari lingkungan rumah masing-masing siswa itu.

Kegiatan mengelolah sampah menjadi Ecobrick ini juga dilombakan antar kelas sebagai Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada 21 Pebruari 2018 ini.

"Untuk menjadikan meja, kursi, rak maupun kasur minimal butuh 100 - 150 biji botol bekas air mineral. Sedangkas plastik (kresek) yang dimasukkan ke dalam 1 biji botol butuh 30 kantong pkastik," terang salah satu siswi Kelas X IPS I Smamita, Aprilia Novitasari kepada republikjatim.com, Rabu (21/02/2018).

Lebih jauh, pelajar yang akrab dipanggil Vita ini menguraikan hasil olahan sampah plastik itu baik berupa rak, meja, kursi maupun kasur itu cukup kuat menahan beban. Untuk menyatukan sampah-sampah un organik yang tak bisa diurai itu menggunakan solder pelekat plastik dan lakban plastik.

"Karena itu, meski kasurnya dibuat tidur orang dewasa dan kursinya diduduki masih bisa menahan beban. Hasilnya cukup kuat karena rongga botol diisi sampah plastik kresek itu," ungkapnya.

Saat ditanya ketika mendesain dan menyusun olahan sampah plastik itu ada kesulitan atau tidak, Vita menjawabnya dengan enteng. Yakni tidak ada kesulitan lantaran dikerjakan secara bersama-sama.

"Tak ada kesulitan sama sekali. Karena dikerjakan secara bareng dan bersama-sama," tegasnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Kesiswaan Smamita, Nurul Musdholifah tujuan kegiatan pengolahan sampah ini tidak hanya untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh 21 Pebruari 2018 ini. Hal itu setelah Menteri Lingkungan Hidup menetapkan hari musibah longsornya samlah di Cimahi, Jawa Barat yang menewaskan sejumlah korban 2005 lalu sebagai Hari Peduli Lingkungan Hidup.

"Kalau tak diolah dan didaur ulang seperti ini sampah makin menumpuk. Kami berupaya mengurangi tumpukan sampah lewat program 3R yakni Reuse, Reduce, dan Recycle itu. Sekaligus program sekaloh membudayakan siswa siswi, staf, karyawan dan dewan guru untuk mengolah sampah," paparnya.

Disamping itu, lanjut Nurul kegiatan ini berkaitan dengan mata pelajaran Biologi yakni soal Kompetensi Lingkungan Hidup. Oleh karena itu, guru Biologi Smamita membuat program itu agar para siswanya kreatif dan peduli lingkungan hidup di sekitarnya.

"Rata-rata per keluarga bisa mengeluarkan sekitar 700 kantong plastik perbulan. Belum botol bekas air mineralnya. Kalau tak didaur ulang pasti terjadi penumpukan dan tidak bisa diurai. Makanya harus ada yang mengolahnya," pungkasnya. Waw