Menyehatkan Masyarakat, BHS Siap Kembangkan Sentra Budidaya Lele di Kecamatan Tarik


Menyehatkan Masyarakat, BHS Siap Kembangkan Sentra Budidaya Lele di Kecamatan Tarik KEMBANGKAN - Bacabup Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) bakal menghidupkan kembali budidaya ikan di Desa Sebani, Kecamatan Tarik, Sidoarjo agar menjadi sentra budidaya lele budidaya dan makanan olahan, Jumat (03/07/2020).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) bakal mengembangkan lagi sentra budidaya dan pengolahan ikan lele di Kecamatan Tarik, Sidoarjo. Program ini disampaikan setelah BHS mendengarkan keluhan para peternak ikan lele yang tergabung dalam Kelompok Mina Tani, Desa Sebani, Kecamatan Tarik, Sidoarjo, Jumat (03/07/2020).

Sejumlah keluhan itu, mulai harga pakan ikan yang terus naik, harga dipermainkan tengkulak, soal pemasaran hingga mulai tercemarnya air sungai di kampung berdekatan dengan industri (pabrik) itu.

"Para peternak lele di kampung kami banyak yang beralih profesi karena gulung tikar. Saat ini harga pakan ikan mahal mencapai Rp 323.000 per sak (30 kilogram). Akan tetapi harga lele masih dibeli tengkulak Rp 15.000 - Rp 16.000 per kilogram. Padahal, dulu saat harga pakan masih Rp 220.000 harga lele sudah mencapai Rp 17.000 per kilogram," ujar Ketua Kelompok Mina Tani, Desa Sebani, Kecamatan Tarik, Sidoarjo, Parto kepada republikjatim.com, Jumat (03/07/2020).

Memurut pria 62 tahun ini, dulu sejak Tahun 2011 ada sebanyak 7 orang anggotanya yang beternak budidaya lele. Kini hanya tinggal dirinya sendiri dengan jumlah kolam ikan lele mencapai 33 kotak. Menurutnya harga pakan ikan mahal akan tetapi protein dan gizinya menurun.

"Kalau dulu saat harga pakan ikan semahal sekarang bisa panen dalam 3 bulan. Tapi sekarang panen baru bisa dilaksanakan 4 bulan sekali. Makanya banyak peternak lele beralih profesi lainnya," imbuhnya.

Bagi Parto saat ini jika dihidupkan lagi usaha budidaya lele anggotanya sangat siap. Bahkan agar berproduksi lagi juga siap. Akan tetapi, jika mampu panen sekitar 5 ton akan tetapi modalnya tidak kembali maka akan membuat peternak merugi dan bangkrut.

"Kami harap dengan adanya Pak BHS inu geliat budidaya dan beternak ikan lele berkembang lagi. Apalagi di Tarik ada sendiri-sendiri lantaran sudah dibagi. Di Desa Sebani untuk pembesaran lele, di Desa Singogalih untuk pembibitan dan di Desa Mergosari untuk olahan lele mulai diproduksi menjadi abon, bakso, nugget dan sejumlah makanan olahan lainnya," tegasnya.

Sementara menanggapi berbagai keluhan peternak ikan lele ini BHS menegaskan jika peternak lele menjadi salah satu ujung tombak untuk penyehatan masyarakat Sidoarjo. Menurutnya lele mengandung gizi yang luar biasa. Bahkan di dalam ikan lele mengandung gizi yang bisa menghindari Covid-19. Diantaranya ada kandungan vitamin C, E, silenium, zat besi dan mengandung vitamin B6 dan B12.

"Selain itu mengandung omega yang nilainya tiga kali di atas ikan salmon. Seharusnya ikan lele harganya tidak boleh murah. Mininal seharusnya Rp 30.000 per kilogram setara ikan mujair (nila) karena rasa dan gizinya lebih baik. Bahkan omega tiganya bisa mencerdaskan kandungan ibu hamil dan anak-anak. Kami juga ajak siswa SD, SMP dan SMA belajar budidaya ikan," urainya.

Karena itu, lanjut mantan anggota DPR RI 2014 - 2019 ini soal harga pakan ikan yang mahal bakal dikomunikasikan dengan dua pabrik pakan ternak terbesar di Sidoarjo. Sedangkan untuk monopoli harga di tengkulak BHS juga bakal mengatur stok dan permintaannya agar terjadi keseimbangan. Caranya dengan berdialog dengan para tengkulak ikan.

"Permasalahan air yang agak tercemari harusnya bisa ditangani Pemkab Sidoarjo. Khusus soal limbah ini kalau saya diamanahi jadi bupati, saya akan mengecek berapa pencemaran yang dihasilkan pabrik itu. Saya akan cari solusi terbaiknya agar perncemaran tak terlalu besar atau bahkan bisa diminimalisir dan dihilangkan agar tidak merugikan warga di sekitar perusahaan," papar pengusaha transportasi laut ini.

Selain itu, BHS juga menyiapkan program makan ikan gratis sebulan dua kali agar pemasaran peternak ikan terbantu. Anggarannya bisa menggunakan APBD dan CSR. Apalagi, program makan ikan gratis untuk mengurangi angka stunting di Sidoarjo yang tertinggi di Jatim. Bahkan pihaknya juga menyiapkan menjadi sentra budidaya dan olahan makanan berbahan baku utama ikan lele. Karena di Tarik sudah ada sentranya sendiri-sendiri tinggal dikoneksikan (dihubungkan).

"Tapi, kami minta warga Tarik tidak menjual ikannya ke Mojokerto termasuk bayar listrik, telepon, pajak kendaraan, sekolah dan lainnya. Kami akan kembalikan kepercayaan warga di perbatasan Mojokerto ini agar memasarkan ke Sidoarjo dan bersekolah di Sidoarjo. Itu akan saya realisasikan jika jadi bupati," jelasnya.

Sementara soal lahan seluas 49 hektar lebih yang tak bisa teraliri air sungai sejak Tahun 2012 juga bakal dicarikan solusinya. Lantaran air dari pintu saluran air sungai cukup deras akan tetapi hilang saat sudah mencapai 500 meter di saluran irigasi.

"Disini dekat dengan sungai tapi air pertaniannya susah. Ini ada kekeliruan dan kesalahan yang harus dibenahi dari sisi irigasi," tandasnya. Hel/Waw