Kemiskinan di Ponorogo, Soinem dari Tidur hingga Tinggal di Gubuk Berdampingan Kandang Sapi


Kemiskinan di Ponorogo, Soinem dari Tidur hingga Tinggal di Gubuk Berdampingan Kandang Sapi MERANA - Mbok Soinem (65) tinggal digubuk berukuran 2 x 3 meter berdampingan kandang sapi di Dusun Sidowayah, Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Ponorogo hidup memperihatinkan, Jumat (07/09/2018).

Ponorogo (republikjatim.com) - Mbok Soinem (65) yang tinggal di RT 09, RW 03, Dusun Sidowayah, Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Ponorogo sejak sekitar 1,5 tahun lalu tidak merasakan tidur layaknya orang normal dan tinggal di rumah layak huni. Janda tua ini memilih tidur di kandang sapi. Hal ini disebabkan sudah tidak memiliki anak. Sedangkan suaminya sudah meninggal sejak 13 tahun lalu.

Namun sekitar dua minggu ini, Soinem pindah tempat tidurnya dari kandang sapi yang semula dibagi dua ruang dengan hanya disekat terpal. Kini, dia tinggal di gubuk berdinding bambu dengan luas 3×2 meter dan berlantai tanah.

Soinem tinggal sendirian di sebelah timurnya kandang sapi bekas digunakan tempat tinggal sebelumnya itu. Gubuk ini memiliki satu ruang berisi satu kursi dan satu rak berisi pakaian serta satu ranjang berkasur lusuh. Digubuk kecil ini, Soinem tinggal berdampingan dengan kandang sapi dan kolam kotoran sapi. Namun Soinem tetap tidur, makan dan menerima tamu dengan tabah.

"Saya sebelumnya tidur di rumah adik saya. Terus tinggal di kandang sapi dan sekarang bersebelahan dengan kandang sapi ini," terang Soinem dalam bahasa Jawa kepada republikjatim.com, Jumat (07/09/2018).

Selama ini, Soinem tidur menggunakan dipan dengan kasur kusam. Di atas tempat tidur itu, terdapat tumpukan pakaian lusuh miliknya. Kamar tidur dan ruang tamu jadi satu dilengkapi satu kursi. Meski gubuk yang ditempati tak layak huni, Soinem tetap merasa nyaman tinggal di gubuk kecil yang baru dua minggu dibangun keponakannya itu.

"Meski sehari-harinya harus menghirup bau kotoran sapi, saya tak merasa risih. Kan saya sebelumnya juga sudah hampir dua tahun tidur di kandang sapi," imbuhnya.

Tukiran (40) yang membuatkan rumah kecil budenya tetap memperhatikan kebutuhan Soinem. Keponakan Soinem ini, selalu mengantarkan makanan ke gubuk tempat tinggal Soinem.

"Saya sudah minta agar Bu Soinem tinggal di rumah, tapi Ibu saya tidak mengizinkan. Setiap hari bukan hanya makan, air untuk mandi juga saya ambilkan. Saya bangun gubuk ukuran 2 x 3 meter ini sendiri karena dulu Bu Soinem tidur di kandang sapi. Saya tak tahan melihat kondisinya. Saya hanya mampu membuatkan gubuk ala kadarnya," ucapnya.

Sementara Ketua RT 10, RW 03 Desa Sidoharjo, Gito mengaku sangat prihatin melihat Soinem yang tinggal di wilayah RT sebelahnya itu. Menurut Gito, Soinem tidak pernah dapat bantuan layaknya warga asli Sidoharjo lainnya.

"Karena admistrasinya bukan asli warga desa kami. Mungkin tidak dapat bantuan karena tidak punya Jamkesmas maupun BPJS. Padahal dia harus dirawat karena tangan dan kakinya patah hingga cacat. Kondisinya juga sering gemetaran," pungkasnya. Ami/Waw