Hasilnya Untuk Bayar Retribusi Pedagang, BHS Bakal Daur Ulang Sampah Organik Pasar Tradisional


Hasilnya Untuk Bayar Retribusi Pedagang, BHS Bakal Daur Ulang Sampah Organik Pasar Tradisional DAUR ULANG - Bacabup Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) bakal mendaur ulang 70 - 80 persen sampah yang dihasilkan pasar tradisional termasuk sampah di Pasar Prambon, Sidoarjo yang dikunjunginya, Senin (06/07/2020).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) bakal mendaur ulang sampah organik yang dihasilkan seluruh pasar tradisional yang ada di Sidoarjo. Hal ini, lantaran 70 sampai 80 persen sampah yang dihasilkan pasar tradisional bisa didaur ulang.

Bahkan hasil daur ulang untuk pupuk, pakan ternak, pakan ikan dan lainnya, hasilnya akan dikembalikan ke pedagang pasar. Misalnya, hasil duar ulang sampah dikembalikan ke pedagang agar pedagang pasar tradisional tidak lagi direpotkan dengan pembayaran retribusi.

"Saya saya melihat sampah pasar masih bisa didaur ulang. Karena itu, tidak semua sampah harus diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tapi, bisa dipilah dan dimanfaatkan untuk pupuk dan pakan ikan atau pakan ternak. Kalau 70 sampai 80 persen sampah dari pasar tradisional bisa didaur ulang, maka hasilnya akan dikembalikan untuk kesejahteraan pedagang. Yakni dikembalikan ke pedagang agar bisa membantu untuk pembayaran retribusi dari hasil daur ulang sampah itu," ujar Bambang Haryo Soekartono kepada republikjatim.com, Senin (06/07/2020) disela-sela membagikan masker di Pasar Prambon.

Selain itu, anggota DPR RI yang mendapat penghargaan anggota terinspiratif 2019 ini mengaku bakal menambah armada angkut sampah di setiap pasar tradisional. Hal itu agar saat terjadi penumpukan (over load) sampah jika di setiap pasar tradisional hanya disediakan satu truk pengangkut sampah.

"Saya akan buat sampah-sampah di Sidoarjo menjadi sampah yang berguna untuk kepentingan masyarakat," jelasnya.

Selama ini, lanjut BHS Pasar Prambon mampu menampung 400 orang pedagang. Menurutnya Pasar Prambon menjadi salah satu pasar favorit warga di tingkat pedesaan dan perbatasan dengan wilayah Kabupaten Mojokerto. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pengunjung rata-rata mencapai 2.000 konsumen per hari.

"Pasar ini sangat potensial untuk wilayah pedesaan. Harga pangan juga tidak terlalu mahal dan lebih murah dengan pasar dibandingkan pasar lainnya di Sidoarjo. Akan tetapi dibandingkan dengan wilayah sekitar Sidoarjo seperti Surabaya, Pasuruan, Mojokerto dan Gresik harga kebutuhan pokok masih lebih mahal," tegas pengusaha transportasi laut sukses ini.

Kendati demikian, lanjut Bambang yang tidak kalah penting dan harus diperhatikan adalah masalah keselamatan publik dan pedagang. Termasuk barang dagangan yang bisa mencapai sekitar Rp 1 miliar untuk Pasar Prambon. Yakni harus ada pengecekan rutin Alat Pemadam Kebakaran (Apar). Di Pasar Prambon ada 8 unit Apar akan tetapi semua sudah expied (kadaluarsa) dan tak bisa digunakan.

"Saya cek semua Apar pemeriksaan terakhir Tahun 2006 dan 2010. Padahal, kesiapan Apar ini penting untuk pemadaman titik awal api demi keselatam nyawa publik. Karena itu tadi dua Apar kami isi ulang agar bisa dimanfaatkan. Bila saya diamani jadi Bupati Sidoarjo Apar harus dicek setahun sekali dan itu akan dianggarkan di APBD demi keselamatan semua di pasar," paparnya.

Sementara persoalan lainnya adalah belum dimanfaatkannya program bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurut BHS khusus di Pasar Prambon misalnya hanya dimanfaatkan sekitar 5 persen dari 400 pedagang di pasar itu. Rata-rata yang menggunakan bantuan modal usaha lewat KUR mengurus sendiri-sendiri.

"Itu artinya permasalahan KUR belum masuk secara massal di wilayah pasar di Sidoarjo. Hal ini karena perbankan tidak aktif ke pasar menjemput para pedagang agar memanfaatkan KUR. Kalau saya diamanahi bupati, saya akan mendorong KUR masuk ke pasar-pasar tradisional agar bisa dimanfaatkan para pedagang untuk tambahan modal usaha," tandas Bacabup yang bakal diberangkatkan Partai Golkar dan Partai Gerindra ini. Hel/Waw