Gresik (republikjatim.com) - Salah satu tradisi yang terus dilestarikan warga Kabupaten Gresik adalah Sanggring atau Kolak Ayam. Tradisi ini satu-satunya hanya ada di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Warisan leluhur satu satunya ini diselenggarakan setiap malam 23 Ramadhan. Karena itu, masakan kolak ayam ini tidak akan ada di hari lain, selain malam 23 Ramadhan.
"Memang adanya hanya di malam 23 Ramadhan dan hanya ada di Desa Gumeno. Tahun ini, kami menyediakan sekitar 2.700 sampai 3.000 porsi kolak ayam dibagikan untuk warga sekitar atau masyarakat umum untuk berbuka puasa," ujar Ketua Panitia, Suudi kepada republikjatim.com, Kamis (13/04/2023) petang.
Suudi menguraikan jika untuk membuat Sanggring dibutuhkan sejumlah bahan baku rempah-rempah. Diantaranya, bawang daun, jinten, kelapa, gula merah dan ayam. Untuk memasaknya pun tetap menggunakan tungku dan kayu bakar.
"Yang menarik dari tradisi ini adalah pembuat (pemasak) kolak ayam adalah semua orang laki-laki," imbuhnya.
Nama Sanggring sendiri, kata Suudi berasal dari kata sang artinya Raja atau peng gedhe dan Gring artinya gering atau sakit.
"Jadi sanggring itu artinya raja yang sakit. Dulu menjadi makanan asupan saat Raja sakit," ungkapnya.
Cerita singkatnya, lanjut Suudi mengenai kolak ayam ini yakni pada zaman dahulu waktu mendirikan masjid di desa itu, anak Sunan Giri yakni Sunan Dalem dalam kondisi sakit. Kemudian berobat ke Tabib manapun tidak cocok hingga akhirnya dapat petunjuk dari Allah SWT untuk dibuatkan kolak ayam ini.
"Akhirnya warga dikumpulkan untuk membuat kolak ayam ini. Sampai saat ini warga Gumeno terus melestarikan tradisi ini pada setiap tahun bulan Ramadhan," pungkasnya. Ris/Waw