Perajin Kulit Bisa Belajar Pengalaman dari Hartono, Karyawan yang Jadi Pengusaha


Perajin Kulit Bisa Belajar Pengalaman dari Hartono, Karyawan yang Jadi Pengusaha ETALASE - Salah satu sudut etalase penjualan produk milik Hartono Dwi Cahyo pengerajin tas dan dompet Tanggulangin, Sidoarjo, Rabu (11/07/2018).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Dikenal sebagai industri tas Tanggulangin, siapa sangka indrustri yang cukup terkenal di Sidoarjo berasal dari pengerajin tas rumahan atau sering dikenal dengan home indrustri. Tas-tas ini merupakan produk kerajinan tangan yang terbuat dari kulit. 

Home industri ini saat ini memiliki potensi kemajuan dan keuntungan yang signifikan. Sebagai salah satu usaha yang terkenal, perajin Tas Tanggulangin memiliki banyak pengusaha yang memproduksi tas. Salah satunya, Hartono Dwi Cahyo bersama sang istri tercinta dan dua karyawannya tidak pernah kehabisan cara untuk membuat desain tas kulit terbaru.

Berwal dari ketertarikan dengan dunia home indrustri serta kepeduliaannya terhadap pengangguran yang menyebar di Sidoarjo saat ini serta dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), menyebabkan banyaknya perusahaan besar memecat karyawannya. Dari sinilah banyak orang menjadi pengangguran dan memilih mendirikan usaha sendiri. 

Salah satunya Hartono Dwi Cahyo, pengerajin tas dan dompet Tanggulangin. Saat ini mulai banyak orang yang mengikuti langkah pria 40 tahun ini. Hartono saat ini menekuni pekerjaanya dibantu istri dan dua karyawannya mampu meningkatkan penghasilannya. Hal ini lantaran mampu menjadi pemasok tas di toko besar yang ada di Tanggulangin, Sidoarjo.

Bahkan dari usahanya yang dirintis dari nol ini, Hartono mampu meraup pundi-pundi rupiah yang cukup menggiurkan. Hal ini menggugah banyak warga sekitar yangmengikuti langkahnya.

"Setiap bulan kami mampu meraup untung sebesar Rp 7 juta. Ini penghasilan bersih dan sudah termasuk gaji dua karyawan. Hasil ini jauh lebih besar dibandingkan upah saya saat masih jadi karyawan," terang Hartono Dwi Cahyo kepada republikjatim.com, Rabu (11/07/2018).

Saat ini, bagi Hartono dan keluarganya, home industri ini menjadi berkah tersendiri. Oleh karenanya, Hartono merasa sangat senang mempunyai usaha sendiri itu.

"Karena saya bisa membuka peluang pekerjaan untuk orang lainnya," imbuhnya.

Apalagi, sampai saat ini Hartono mampu memproduksi setidaknya 500 tas setiap bulan. Jumlah ini belum termasuk pasokan dari warga sekitarnya. Meskipun Hartono tidak memiliki toko sendiri, Hartono mampu bersaing dengan home indrustri lainnya. Hal ini disebabkan produknya selalu inovatif dan berbeda dengan lainnya.

"Perbedaan itu menjadi keuntungan dan keunggulan tersendiri bagi hasil kerajinan saya. Maka dari itu, saya dilirik pengusaha besar Jakarta. Dengan keunikan produknya pengusaha Jakarta ini ingin memasok produk itu seluruh pasar Indonesia. Ini makin memicu semangat saya bekerja," paparnya.

Sementara itu, selama ini Hartono juga mengajarkan kepada warga sekitar cara memproduksi tas dan dompet yang menarik. Kesuksesan yang diraih Hartono tidak membuatnya pelit ilmu.

"Selama saya bisa membantu dan menghasilkan bagi orang banyak kenapa harus pelit ilmu. Pengalaman adalah guru paling berharga dalam hidup dan dalam berbisnis. Beberapa pengalaman sudah saya jalani di sejumlah bisnis memberi pelajaran meniti kesuksesan. Tiga kunci yang harus dipegang untuk meraih kesuksesan fokus, terus belajar dan tekun," tandasnya. Tri Putri Agustin/Waw