Ponorogo (republikjatim.com) - Pasca beberapa kegiatan lomba dan religi digelar di Lapangan Desa Munggu, Kecamatan Bungkal, Ponorogo sejak dua pekan terakhir, puncak HUT RI ke 73 bakal berakhir.
Puncak HUT RI dan Bersih Desa Munggu ini ditutup dengan parade reog yang merupakan kesenian asli Ponorogo. Sebanyak 5 unit dadak merak meliuk-liuk menunjukkan kepiawaian para pemain yang kebanyakan putra asal Desa Munggu. Ratusan rakyat dan warga sejumlah desa sekitar juga terhibur dengan acara parade reog ini.
Sesepuh Seni Reog, Ponijan mengatakan acara kirab seni reog ini sebagai bentuk budaya asli Ponorogo. Budaya ini terbukti membawa harum nama Ponorogo di mata dunia. Parade reog ini sebagai wujud pemersatu warga Desa Munggu.
"Parade reog ini merupakan wadah para seniman reog. Sekaligus sebagai wujud guyup rukunnya warga. Seni jangan dicampuradukkan dengan kepentingan sesaat atau golongan. Karena wali saja siarnya menggunakan kesenian," terangnya kepada republikjatim.com, Senin (20/08/2018).
Ponijan menguraikan seni reog harus diberdayakan baik untuk generasi penerus maupun pembinaan. Oleh karena itu, dalam puncak peringatan HUT RI ke 73 dan Bersih Desa diramaikan parade reog.
"Kami berharap seni asli Ponorogo ini harus dibuatkan wadah pembinaan untuk generasi penerus," pintahnya.
Sementara Kepala Desa Munggu, Sukamto menegaskan acara ini sebagai puncak acara Peringatan HUT RI ke 73 dan Bersih Desa. Kegiatan ini sebagai puncak peringatan kemerdekaan. Baginya, parade reog yang menampilkan 5 unit dadak merak dan satu seni gajah ini tampak semakin semarak. Apalagi, malam nanti juga digelar pagelaran wayang kulit dengan 3 dalang dengan tampil secara bergantian.
"Agenda ini akan digelar sebagai agenda tahunan dengan catatab akan lebih meriah lagi. Ada beberapa evaluasi dari kegiatan ini. Untuk tahun depan ada yang harus dibenahi dan harus ditambah agar lebih semakin semarak lagi," pungkasnya. Ami/Waw
