Lebih Hemat, Gasmin CSR PT Minarak Brantas Gas untuk IKM Telor Asin dan Kerupuk di Sidoarjo


Lebih Hemat, Gasmin CSR PT Minarak Brantas Gas untuk IKM Telor Asin dan Kerupuk di Sidoarjo GASMIN - Pemilik IKM Telur Asin Adon Jaya, Sulaiman menunjukkan penggunaan Gasmin pengolahan telur asin CSR PT Minarak Brantas Gas bersama Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Dadan Kusdiana di Desa Kebonsari, Candi, Sidoarjo Kamis (24/10/2019).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Sebanyak dua Industri Kecil Menengah (IKM) mendapatkan bantuan dua alat produksi dari CSR PT Minarak Brantas Gas. Kedua IKM itu adalah UD Adon Jaya produsen telur asin berbagai rasa milik Sulaiman dan produsen krupuk, Muarofah warga Desa Kebonsari, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Kamis (24/10/2019).

Bantuan alat itu diberikan setelah Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana menyerahkan dua unit Gasifikasi Mini Batubara (GasMin) berkapasitas 10 kilogram kepada Board of Director (BOD) PT Minarak Brantas Gas, Muhamad Husein. Kedua mesin Gasmin itu akan langsung disumbangkan kepada IKM Telur Asin, UD Adon Jaya dan IKM Kerupuk.

Penyerahan gasmin ini hasil inovasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Batubara itu merupakan wujud kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Minarak Brantas Gas. Sekakigus sebagai bentuk kontribusi perusahaan terhadap pengembangan IKM.

Pemilik UD Adon Jaya, Sulaiman mengatakan telur asin yang diproduksinya memiliki berbagai rasa. Diantaranya rasa udang, kepiting, hingga rasa ikan salmon. Setelah menggunakan GasMin proses pemasakan telur asin menjadi lebih cepat satu jam dan lebih efisien.

"Selain itu, pengoperasian alat bantuan itu cukup mudah serta bisa menghasilkan sumber panas yang banyak. Mesin bantuan ini akan kami manfaatkan untuk pengovenan telor asin," katanya.

Sedangkan pemilik IKM kerupuk, Muarofah mengaku dapat memasak lebih cepat setelah menggunakan Gasmin. Selisih waktunya cukup signifikan, yakni sekitar setengah sampai satu jam jika dibandingkan menggunakan kayu bakar.

"Bahkan selama proses memasak krupuk tidak ada asap (polusi) yang dikeluarkan Gasmin itu. Ini tidak mengakibatkan ketel menjadi hitam dan pengoperasian Gasmin cukup mudah," ungkapnya.

Sementara Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana menegaskan Puslitbang Tekmira terus mengembangkan inovasi teknologi Gasifikasi Mini Batubara (Gasmin). Hal ini agar dapat diimplementasikan untuk IKM di seluruh Indonesia. Baginya Gasmin merupakan genarasi pertama yang dirintis Tahun 2007 dan teknologinya terus disempurnakan menjadi Gasmin generasi kedua, yang teknologinya lebih sederhana baik dalam bentuk fisik maupun pengoperasiannya.

"Seiring penetapan Puslitbang Teknologi menjadi Badan Layanan Umum (BLU) Tahun 2018, Gasmin mulai dipasarkan secara komersial. Para penggunanya antara lain IKM Tempe Wonosari, industri Batik di Tasikmalaya. Kemudian Maret 2019, perusahaan asal Korea, PT Uvision Daehyup Indonesia (UDI) menggantikan sumber energi mesin pengering cocofiber sebagai oven (dryer) dengan gasmin kapasitas 30 kilogram. Tingkat efisiensi Gasmin pada industri ini sekitar 40 sampai 50 persen," tegasnya.

Dadan memastikan, keunggulan penggunaan Gasmin adalah efisiensi (penghematan). Baginya dengan penggunaan batubara untuk pengoperasian Gasmin jika penggunaannya sudah masif dapat berdampak secara nasional.

"Tujuannya bisa meningkatkan hilirisasi batubara sekaligus penguatan batubara dalam negeri. Sekaligus dapat mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat," tandasnya. Waw