Kursi Roda Siswa Smamda Juara II APICTA Award di Bangladesh


Kursi Roda Siswa Smamda Juara II APICTA Award di Bangladesh PENYANDANG DISABILITAS - Empat pelajar mempraktekkan transportasi penyandang disabilitas yang meraih juara dua Asia Pacific ICT Alliance (APICTA) Award 2017 di Dhaka City Bangladesh menyisihkan 500 peserta lainnya, Rabun (13/12/2017).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Robot berupa transportasi penyandang disabilitas hasil karya siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) meraih juara kedua dalam acara Asia Pacific ICT Alliance (APICTA) Award 2017 di Dhaka City Bangladesh, Rabu (13/12/2017). Keberhasilan tim siswa Smamda ini berhasil menyisihkan sekitar 500 peserta dari 16 negara yang ada di Asia Pasific pada tanggal 7 sampai 10 Desember 2017 kemarin.

Kini, rencananya hasil karya siswa itu bakak dikomersilkan dengan cara mengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Sedangkan karya itu diberi label Android System and Orientation Sense Transportation (ANSONT).

Tim pelajar yang meraih prestasi di Bangladesh itu diantaranya Faza Gulam Ahmad (kelas 11 MIPA VI), Rangga Rajasa ( kelas 11 MIPA I), Muhammad Fadhel Firnanda (kelas 11 MIPA III dan M Tariq Thirafi (kelas11 MIPA I). Mereka didampingi Wakil Kepala Kesiswaan Smamda, Yudi Prianto. Sementara juara satunya adalah dari Sri Langkah.

"Hasil karya kami yang meraih juara dua ini berupa transportasi penyadang disabilitas. Tujuannya memudahkan para penyandang cacat bergerak dan mobile," terang Ketua Tim Faza Gulam Ahmad kepada republikjatim.com, Rabu (13/12/2017).

Peralatan itu, kata Gulam menggunakan dan dioperasikan menggunakan Hand Phone (HP) Android. Menurutnya, produk itu merupakan peralatan kesehatan dengan harga termurah. Untuk merakit satu alat itu hanya dibutuhkan anggaran Rp 5 juta. Peralatan dan komponennya banyak dijumpai di pasaran terutama di Surabaya.

"Alat ini dulu sudah juara secara nasional. Makanya paska meraih juara dua itu akan kami perbaiki teknologinya. Misalnya menambah pengontrol tidak menggunakan android tapi pakai joy stick. Termasuk dulu kursi tak bisa naik turun sekarang bisa naik turun," imbuhnya.

Saat ditanya kekuatan alat itu, kata Gulam masih mampu membawa beban seberat 60 sampai 80 kilogram. Kekuatan baterainya mencapai 1 jam lebih dengan kecepatan 14 kilometer per jam.

"Jarak kendalinya sesuai kekuatan dari bloetuth android yakni 10 sampai 15 meter," tegasnya.

Sementara Wakil Kepala Kesiswaan Smamda, Yudi Prianto prestasi berskala internasional ini diraih paska pameran dan presentasi tanggal 7 - 10 Desember 2017 kemarin. Pihak sekolah bakal terus memfasilitasi setiap inovasi siswa dan siswi. Prestasi itu merupakan prestasi kesekian kalinya paska mengikuti beberapa acara berskala nasional dan internasional.

"Produk itu akan kami patenkan dulu di HAKI. Tujuannya agar yang meniru dan menduplikatnya meminta izin ke pemilik hak cipta. Kami juga berusaha menyempurnakan peralatan itu jika sebelumnya memakai android bisa pakai sensor suara pengguna," paparnya.

Sedangkan untuk memberangkatkan siswanya ke Bangladesh itu, kata Yudi tidak mudah. Selain waktunya mempet hanya sebulan waktu pengurusan paspor dan visa harus diselesai sebelum tanggal 6 Desember 2017. Oleh karenanya pihaknya minta bantuan Imigrasi, Kedutaan Bangladesh serta Kemendikbud untuk mengurus paspor dan bisa itu.

"Alhamdulillah yang awalnya katanya festival internasional itu ditutup. Kami masih punya kesempatan mengikuti. Bahkan saat susah mengurus paspor dan visa anak-anak juga sempat drop. Sekarang semangatnya kembali pulih," pungkasnya. Waw