Jembatan Apung Penghubung Sidoarjo - Mojokerto Jadi Ajang Berswafoto Muda-Mudi


Jembatan Apung Penghubung Sidoarjo - Mojokerto Jadi Ajang Berswafoto Muda-Mudi JEMBATAN APUNG - Jembatan apung sepanjang hampir 200 meter di perbatasan Desa Tambakrejo, Kecamatan Krembung dan Desa Candiharjo, Kecamatan Ngoro menjadi jembatan penghubung Sidoarjo - Mojokerto menjadi sarana berswafoto, Jumat (01/06/2018).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Warga diperbatasan Sidoarjo dan Mojokerto bernafas lega. Hal ini setelah adanya jembatan penghubung antar kedua kabupaten daerah industri itu. Jembatan apung hampir 200 meter ini, terletak di perbatasan Desa Tambakrejo, Kecamatan Krembung, Sidoarjo dan Desa Candiharjo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto.

Selain menjadi jalur alternatif antar kedua wilayah kabupaten juga menjadi sarana selfi (berswafoto) para muda mudi. Hal ini terutama saat menjelang waktu berbuka puasa.

Kendati jembatan ini, tidak bersifat permanen, akan tetapi pembangunan jembatan ini menelan anggaran sekitar Rp 250 juta. Bahan utamanya, selain kayu mahoni sebagai pagar dan landasan jembatan juga dilengkapi dengan sekitar 180 drum bekas yang berada di dasar landasan jembatan itu. Fungsinya agar jembatan terangkat saat air Sungai Brantas pemisah antar kabupaten itu debit airnya naik.

Jembatan ini berfungsi mempercepat warga perbatasan itu menuju Mojokerto maupun sebaliknya ke Sidoarjo. Selain hemat waktu lantaran tidak harus memutar melalui wilayah Kecamatan Porong, juga dianggap lebih praktis. Hanya saja, jembatan masih untuk pejalan kaki, pengayuh sepeda onthel dan pengendara motor. Untuk kendaraan roda empat jembatan ini belum bisa dilalui kendaraan berat.

"Meski baru 2 pekan dibuka, tapi jembatan ini bisa dimanfaatkan warga selama 24 jam," ucap Wasjid pengelolah jembatan apung ini kepada republikjatim.com, Jumat (01/06/2018).

Lebih jauh pria 45 tahun ini menceritakan untuk melintasi jalur alternatif sepanjang 170 meter ini pengguna dikenakan biaya Rp 4.000 rupiah (pulang pergi). Akan tetapi, khusus warga tidak mampu bisa memberi iuran seikhlasnya.

"Berapa pun akan kami terima. Yang penting ikhlas untuk biaya operasionak dan perawatan," imbuhnya.

Wasjid mengungkapkan jembatan apung ini sebelumnya sempat putus diterjang arus deras Sungai Brantas saat musim hujan. Putusnya jembatan ini, dijadikan warga pengalaman untuk dibangun jembatan yang sifatnya sistem bongkar pasang.

"Beruntung saat putus tidak ada korban jiwa. Karena pengalaman itu, sekarang dibuat bongkar pasang. Kami juga tidak mau ada korban jiwa," ungkapnya.

Sulastri, salah satu pekerja asal Krembung mengaku selalu memanfaatkan jembatan apung ini. Menurutnya, warga sangat terbantu dengan adanya jembatan yang dikelolah perorangan ini. Warga saat hendak berangkat kerja ke Mojokerto maupun sebaliknya (pulang kerja) tidak perlu memutar melalui Porong. Selain terlalu jauh juga memakan waktu lebih lama. Bahkan lebih praktis daripada saat masih menggunakan perahu penyeberangan.

"Sekarang kalau mau kerja ke pabrik maupun ke sawah tidak perlu memutar melalui jembatan Porong maupun jembatan di sisi barat Kecamatan Krembung. Cukup praktis dan cepat lewat jembatan apung ini," katanya.

Hal yang sama disampaikan Imroatus Solikah. Menurutnya, jembatan baru ini menjadi sarana selfi dan berswafoto. Menurutnya, suasana dan lingkungannya sangat mendukung.

"Tempatnya bagus karena ada suasana dan background penanggungan. Bahkan ada endapan tanah dan pepohonan yang rindang," tegasnya.

Imroatus dan rekan-rekannya mengaku baru kali pertama mengunjungi jembatan ini. Dirinya dan rekannya tertarik ke jenbatan ini setelah melihat di beberapa media sosial.

"Selain itu, untuk ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa juga sangat nyaman suasana pedesaan yang alami," tandasnya. Waw