Elemen Masyarakat Sidoarjo Sepakat Perangi Hoaks dan Radikalisme


Elemen Masyarakat Sidoarjo Sepakat Perangi Hoaks dan Radikalisme DIALOG - Ketua DPRD Sidoarjo, Sullamul Hadi Nurmawan berdialog bersama PWI Jatim dan perwakilan media di gedung DPRD Sidoarjo, Minggu (27/05/2018) petang.

Sidoarjo (republikjatim.com) - Semakin maraknya berita hoaks dan radikalisme di kalangan warga Sidoarjo mendorong, seluruh elemen masyarakat Sidoarjo sepakat memerangi berita hoaks dan radikalisme. Berbagai upaya memerangi berita hoaks dan radikakisme itu dikemas dalam dialog dengan tema "Kreasi Pemuda Meredam Krisis Sosial Akibat Hoaks dan Radikalisme" yang digelar di gedung DPRD Sidoarjo, Minggu (27/05/2018) petang.

Dalam acara yang digelar DPRD Sidoarjo dan PWI Sidoarjo ini, mengisyaratkan untuk memerangi berita hoaks dan aksi radikalisme yang muncul bukan cuma tugas aparat dan pihak berwenang. Akan tetapi juga tugas semua lapisan masyarakat.

Dalam dialog ini pematerinya Ketua DPRD Sidoarjo, Sullamul Hadi Nurmawan, perwakilan PWI Jatim, Dwi Eko Lokononto dan Kabiro Jawa Pos di Sidoarjo, Sholahuddin.

Ketua DPRD Sidoarjo, Sullamul Hadi Nurmawan mengatakan memerangi berita hoaks dan aksi radikalisme masyarakat punya peran. Menurutnya, peristiwa pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo beberapa waktu lalu, harus dijadikan pelajaran bagi semua pihak agar lebih perhatian terhadap lingkungan sekitar.

"Masyarakat yang ada di lingkungan harus selalu saling berinteraksi. Siapa yang tinggal di sekitar, apa saja aktivitas yang ada dan berbagai hal di sekitar harus diketahui. Jangan sampai kecolongan, tiba-tiba ada pelaku teror," terangnya kepada republikjatim.com, Minggu (27/05/2018) malam seusai acara.

Menurut pria yang akrab dipanggil Gus Wawan ini, hoaks menjadi pisau paling tajam dalam merobek apa pun saat ini. Oleh karenanya, meski hoaks dan radikalisme sudah ada sejak jaman dahulu, akan tetapi harus diperangi.

"Misalnya warga harus berani menunjukkan akal sehat. Kalau mengetahui ada aktivitas terlarang atau yang mengarah rasikalisme harus dicegah. Kalau tidak berani (takut) langsung berkordinasi dengan aparat," pintahnya.

Dwi Eko Lokononto sependapat dengan Gus Wawan. Menurutnya, aksi radiklisme kadang tidak diketahui dari medsos melainkan suatu terbangun dari kelas masyarakat. Seperti dalam suatu keluarga seperti pelaku bom di Surabaya. Baginya, aksi dan rencananya tidak diketahui masyarakat.

"Oleh karena itu, diantara yang harus dikuatkan kegiatan sosial di tengah masyarakat. Masjid dan musala yang sebelumnya ramai dijadikan sentral kegiatan masyarakat dalam berinteraksi sosial harus tetap lestari. Masjis dan musalla jangan sampai tidak ada kegiatan masyarakat. Ini akan jadi sasaran penguasaan orang-orang yang siap mendoktrin faham radikalisme dan banyak mempengaruhi jamaah yang datang," ungkapnya.

Pria yang akrab dipanggil Lucky ini memaparkan ada beberapa mencegah radikalisme di lingkungan kampung. Tidak hanya dari lingkungan masyatakat, di sekolah setingkat OSIS juga jangan sampai kemasukan faham atau kegiatan yang mengarah pada radikalisme. OSIS harus aktif melakukan kegiatan-kegiatan baik dengan semua siswa dan tidak bertentangan dengan agama.

"Dari selefel OSIS dan kemahasiswaan harus diberi dasar maupun landasan yang kuat agar tidak terpengaruh. Apalagi ikut-ikutan paham radikalisme yang di bangun penyusup atau orang yang tak bertanggungjawab. Pencegahan radiklisme lainnya, harus mengutamakan interaksi sosial tetap dijaga dan dilestarikan," jelasnya.

Sementara terkait maraknya berita hoaks, Gus Wawan, Lucky maupun Sholahuddin berpendapat sama. Pihaknya meminta agar masyarakat tidak mudah percaya dengan kabar yang diterima lewat media sosial. Hal itu harus dikroscek terlebih dahulu dan tidak boleh ditelan secara mentah-mentah. Termasuk soal berita yang hadir di tengah masyarakat kadang pembuat berita (wartawan), keberadaan media dan lainnya yang tidak jelas akan menjadi momok.

"Fenomenanya sekarang ini banyak media abal-abal yang berseliweran di media sosial," tandas Sholahudin.

Sementara dalam dialog itu, ada sesi tanya jawab yang dilontarkan para peserta dialog. Mulai KNPI, Pemuda Pancasila, FKPPI, BEM universitas se-Sidoarjo, OSIS SMA se-Sidoarjo, Ansor, Karang Taruna, ILS, dan sejumlah elemen lainnya. Kegiatan yang berlansung ini digelar sejak sore dan ditutup dengan acara buka bersama di Gedung DPRD Sidoarjo. Waw