Dua Bocah Sidoarjo Putus Sekolah, Demi Merawat Adik Penderita Hydrocephalus


Dua Bocah Sidoarjo Putus Sekolah, Demi Merawat Adik Penderita Hydrocephalus  RAWAT - Fatimah (3,5) balita penderita Hydrocephalus yang terbaring lemas dijaga dua kakak kandungnya, Mirathul Aufa (11) dan Rini Nur Cahyati (7) saat ditinggal ayahnya berjualan sayuran, Senin (03/09/2018).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Fatimah (3,5) putri ketiga pasangan suami istri (pasutri) Fatkul Mubin dan Indri Tri Novelia warga asal Desa Besuki, Kecamatan Jabon yang tinggal di RT 13, RW 03, Desa Glagaharum, Kecamatan Porong, Sidoarjo terbaring lemas di lantai beralaskan kasur kapuk. Balita malang ini mengalami kelebihan cairan hydrocephalus sejak lahir.

Mirisnya, selain hidup pas-pasan, untuk merawat Fatimah yang sakit, kakak kandungnya Mirathul Aufa (11) yanf duduk di kelas V dan Rini Nur Cahyati (7) yang duduk di kelas I terpaksa putus sekolah dari bangku SDN Glagaharum, Kecamatan Porong. Hal ini disebabkan ibu kandung mereka, Ny Indri Tri Novelia pergi meninggalkan rumah. Bahkan hingga kini tidak di ketahui keberadaanya. Sedangkan ayah kandung ketiga bocah ini, Fatkul Mubin dalam sehari-harinya hanya bekerja sebagai penjual sayur keliling.

Mirathul Aufa menceritakan selama ditinggal ibunya pergi sampai sekarang, untuk merawat dan menjaga adiknya yang sakit itu dirinya dan adiknya. Saat itu, kata Mirathul dirinya ditinggal ibunya pergi ketika sedang sekolah.

"Karena tidak ada yang merawat dan memberi makan adik, terpaksa kami berdua berhenti sekolah sejak dua bulan lalu. Apalagi Bapak bekerja berjualan sayur keliling. Kasihan kalau adik ditinggal sendirian," terangnya kepada republikjatim.com, Senin (03/09/2018).

Secara terpisah, Pj Kepala Desa Besuki Jema’in mengakui keluarga pasutri Fatkul Mubin dan Indri Tri Novelia ini warga Desa Besuki, Kecamatan Jabon. Mereka pindah di Desa Glagaharum, Kecamatan Porong karena rumah yang mereka tempati sebelumnya terdampak lumpur Lapindo.

"Di keluarga itu ada seorang bocah yang mengalami kelebihan cairan (Hydrocephalus). Kami segera menindaklanjutinya. Dia (Fatimah) sudah masuk data dan tercatat dalam program Dinas Sosial Pemkab Sidoarjo, tapi tidak ada realisasinya sampai sekarang," katanya.

Selain itu, lanjut Jema'in persoalan bantuan terhadap Fatimah itu, pihaknya mengaku belum tahu pasti. Alasannya, dua kali dirinya beserta staf pemerintahan Desa Besuki bertandang ke rumah balita malang ini, tidak pernah bertemu orangtuanya. Pihaknya hanya bertemu dua bocah yang sedang menjaga adiknya itu. Saat ini, pihaknya berjanji bakal terus memantau dan mengawasi warganya ini sambil berkoodinasi dengan instansi terkait di Kecamatan Jabon.

"Orang tua mereka ini sudah pernah saya sarankan untuk segera mengurus surat pindah ke Desa Glagaharum. Karena kondisi penduduk Besuki sudah tidak ada. Jika sudah pindah, mereka sudah tercatat menjadi warga Desa Glagaharum serta mempermudah penyaluran bantuan. Sekarang kami tetap berkoordinasi dengan Puskesmas Jabon. Kalau direkomendasikan untuk dirujuk atau tidak bukan keputusan kami," ungkapnya.

Sementara Plh Kades Glagaharum, Anfas Djauhar melalui Sekretaris Desa, Zainul Taufiq menegaskan awalnya keluarga malang itu pindah ke Desa Glagaharum dari Desa Besuki karena terdampak lumpur Lapindo. Menurutnya, seharusnya ada perpindahan tempat untuk memudahkan pendataan pindah tempat. Selain itu agar ada kejelasan status bertempat tinggal.

"Orang tua balita malang ini (Fatkul Mubin) pernah mendatangi Balai Desa meminta surat berobat anaknya. Tapi, selanjutnya tidak ada kabar lagi dari keluarga. Karena meminta surat keterangan dokter itu sesuai domisili dan identitas. Apalagi kondisinya Fatimah perlu dikontrol lebih jelih agar tidak menjadi kendala adminitrasi," paparnya.

Selain itu, kata Anfas keluarga penderita hydrocephalus ini di Desa Glagaharum tidak tercatat memiliki kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Sedangkan di desa asalnya yakni Desa Besuki pihaknya tidak mengetahuinya.

"Karena identitasnya masih berKTP Desa Besuki itu kendalanya. Desa Glagaharum hanya menfasilitasi tempat tinggal terutama untuk mempermudah bantuan sosial dan kesehatan," tandasnya. K1/Waw