Banjir Hoax, PP RMINU Gelar Ngaji Medsos di Sejumlah Ponpes


Banjir Hoax, PP RMINU Gelar Ngaji Medsos di Sejumlah Ponpes BUKA - Staf Ahli Kementerian Kominfo Prof Dr Henri Subiakto membuka acara Forum Diskusi Millenial Merajut dan Memperkokoh Nilai-Nilai Kebangsaan dan Keagamaan dan deklarasi lawan hoax di Ponpes Sabilur Rosyad JL Hangtuah, Sidoarjo, Kamis (04/04/2019).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP RMINU)  menggelar acara Forum Diskusi Millenial Merajut dan Memperkokoh Nilai-Nilai Kebangsaan dan Keagamaan. Kegiatan hasil kerjasama dengan Kementerian Kominfo ini untuk menangkal banjirnya berita dan info hoax yang ada di Media Sosial (Medsos).

Kali ini kegiatannya dilaksanakan di Ponpes Sabilur Rosyad JL Hangtuah, Lingkungan Sidoklumpuk, Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan/Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan ini merupakan acacara ketiga. Sebelumnya, kegiatan sudah dilaksanakan di Ponpes Al Barokah, Klaten, Jawa Tengah dan Ponpes Al Falah, Bandung, Jawa Barat. Pesertanya ratusan santri dan para pelajar.

Ketua PP RMINU, KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan target dari kegiatan ini adalah para santri di seluruh Indonesia. Tujuannya menambah jumlah santri yang memiliki kesadaran bermedsos dengan benar. Selain itu, mau belajar tentang info benar dan tidak benar serta memahami masalah hoax dan tidak hoax dalam menggunakan internet serta medsos.

"Termasuk bersikap atas informasi yang diterima serta merespon dengan baik semua informasi di Medsos. Harapannya bisa punya perangkat, kemampuan (skill) dan merespon soal isu keagamaan yang benar. Karena sehari bisa jadi ada 40 konten hoax di Medsos," terangnya kepada republikjatim.com, Kamis (04/04/2019) di sela-sela acara.

Lebih jauh, pria yang akrab dipanggil Rozi menjelaskan jika generasi Z yang lahir mulai Tahun 1995 sampai 2010 ada 68 juta. Mereka kebanyakan memanfaatkan Medsos dan internet (google) untuk mencari informasi, termasuk soal keagamaan. Hal inilah yang membuat mengaji Medsos semakin penting.

"Kegiatan ini bukan untuk kegiatan pada 17 April 2019 saja. Tetapi juga untuk selanjutnya. Karena makin dibutuhkan jangka panjang spektrumnya makin lebih jerang semua harus terlibat dalam menangkal hoax," imbuh pria yang juga menjabat Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Domestik ini.

Sedangkan Staf Ahli Kementerian Kominfo, Prof Dr Henri Subiakto menguraikan jika forum ini bicara soal NKRI dan ke Indonesiaan. Apalagi jika disatukan NKRI sama luasnya dengan puluhan negara yang ada di Eropa. Namun saat ini di era 4.0 (digital), terdapat tantangan baru. Yakni membanjirnya berita hoax di Medsos. Hal ini disebabkan semua bebas mengakses informasi. Bahkan semua bisa mewarnai medsos dan bahkan bisa menjadi wartawan tanpa belajar serta tanpa melalui tahapan mengedepannya kode etik jurnalistik.

"Kalau ada masyarakat yang tak suka NKRI bisa menjadi produsen konten digital. Bahkan bisa memasukkan konten hoax. Ini perlu ditangkal bukan hanya menjelang Pemilu maupun Pemilukada hoax merajalela. Tetapi bahayanya hoax masuk permainan politik. Karena money politic sekarang bisa ditangkap. Tapi kalau bermain hoax semakin banyak dan susah ditangkap. Makanya hoax masuk politik praktis," tegasnya.

Sementara Pengasuh Ponpes Sabilur Rosyad KH Amiruddin Mu'id mengaku mendukung kegiatan yang digelar selama 2 hari itu. Apalagi kegiatannya digelar di Ponpes. Hal ini demi kepentingan bangsa dan negara.

"Program ini merupakan komunikasi sinergis timbal balik antara pusat dan daerah serta antara yang dibawah dan yang ada di atas," pungkasnya. Waw