Alat Monitoring Infus Siswa Smamita Juara 3 Karya Ilmiah di ITS


Alat Monitoring Infus Siswa Smamita Juara 3 Karya Ilmiah di ITS PRAKTIK - Akbar Krisna Wandana dan Arsyita Intan Amalia siswa siswi kelas 10 IPA 1 Smamita mengoperasionalkan alat monitoring infus yang bisa dimanfaatkan meyalani pasien dan lolos juara 3 Kompetisi Karya Ilmiah di ITS Surabaya, Kamis (28/03/2019).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Hasil karya ilmiah 3 siswa dan siswi SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) Sidoarjo berhasil menjadi juara 3 Kompetisi Karya Ilmiah yang digelar Departemen Teknik Instrumentasi, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Para siswa kelas 10 IPA 1 ini mampu membuat alat monitoring infus. Alat ini dapat mencegah agar pasien tidak telat mendapatkan pasokan infus selama perawatan.

Ketiga pelajar yang mampu membuat alat yang siap diproduksi itu diantaranya Akbar Krisna Wandana, Arsyita Intan Amalia, dan Amanda Reiza Andriani. Karya para pelajar ini mampu menyisihkan sekitar 50 peserta lainnya.

"Kami terpikir membuat alat monitoring (pendeteksi) infus ini, karena banyak kasus pasien telat mendapatkan pasokan infus," terang Akbar Krisna Wandana kepada republikjatim.com, Kamis (28/03/2019).

Lebih jauh, Akbar menjelaskan alat monitoring infus yang berhasil menjadi juara 3 ini, tetap bakal disempurnakan. Diantaranya kabel diganti secara online (wareless) agar lebih nyaman serta speaker suara peringatan disempurnakan agar bisa terkoneksi di setiap ruang perawatan pasien.

"Setiap kantong infus berisi 500 mililiter cairan. Jika yang menetes sebanyak 0,067 mililiter maka infus habis saat menetes 7.500 kali. Tapi dengan alat ini setelah 5.970 kali tetesan alarm pasti bakal berbunyi secara otomatis," imbuhnya.

Saat ditanya alat monitoring infus pasien ini bakal dipatenkan atau tidak, Akbar yang didampingi rekannya Amalia ini mengaku belum berpikir ke arah itu. Alasannya, pihaknya ingin menyempurnakan alat temuannya itu sampai sesempurna mungkin.

"Kalau sempurna dan nyaman, kami ingin temuan itu diikutkan dalam lomba bertaraf nasional dan internasional baik yang digelar lembaga maupun kampus. Karena kemarin kompetisinya baru bertaraf regional," tegasnya.

Sementara Guru pembimbing Karya Ilmiah, Bachtiar Adi Saputra menegaskan bakal memfasilitasi siswa dan siswinya menyempurnakan hasil temuannya itu. Selain itu, bakal mengikutkan dalam ajang kompetisi tingkat nasional dan internasional.

"Kami juga mengajukan beasiswa bagi para pelajar kami yang memiliki prestasi lebih ini agar semakin termotivasi belajar dan membuat innovasi lainnya," pintahnya.

Soal mematenkan alat temuan itu, kata Bachtiar masih dalam kajian dan dipelajari berbagai aspeknya.

"Yang jelas ada salah satu rumah sakit Muhammadiyah yang siap menampung alat monitoring infus ini," pungkasnya. Waw