PPKM Mulai Longgar, Perajin Bunga Ronce Melati Beromzet Menggiurkan Mulai Bergeliat Lagi


PPKM Mulai Longgar, Perajin Bunga Ronce Melati Beromzet Menggiurkan Mulai Bergeliat Lagi BUNGA - Perajin bunga ronce melati Solikhul Huda (49) warga Kelurahan Paju, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo beromzet menggiurkan memenuhi pesanan para perias pengantin, Senin (12/04/2021).

Ponorogo (republikjatim.com) - Usaha milik Solikhul Huda (49) warga Kelurahan Paju, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo sebenarnya mudah ditiru atau dipelajari orang lain. Namun hanya sebagian kecil orang yang bisa melakukan usaha yang digeluti Huda ini.

Bahkan pria penghobi koleksi mobil kuno ini juga masih membudidayakan tanaman bunga melati, selain melayani merangkai atau ronce bunga melati.

Huda sudah sejak Tahun 1985 silam menekuni budidaya bunga melati dan merangkai bunga melati ini. Hingga kini sudah memiliki kebun bunga melati seluas 3.500 meter persegi dan memiliki 30 karyawan.

"Sebenarnya usaha merangkai bunga melati ini melanjutkan usaha orang tua. Tapi, sekarang saya punya kebun melati sendiri. Makanya mampu menopang kebutuhan usaha merangkai bunga untuk kebutuhan hajatan manten dan Grebeg Suro saat karnaval para pejabat Ponorogo mulai dari camat memakai kalung rangakaian melati ini," ujar Huda kepada republikjatim.com, Senin (12/04/2021).

Sebelum pandemi Covid-19, karyawannya ada sebanyak 50 orang. Saat ini berkurang karena banyak yang sudah membuka usaha sendiri. Selain itu, ada juga yang beralih menjadi Buruh Migran Indonesia (BMI).

"Kami melayani beberapa wilayah mulai dari Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo dan Magetan," imbuh bapak dua anak ini.

Soal kebutuhan bunga melati sebagai bahan baku, Huda masih berkeinginan di Ponorogo diperbanyak budidaya bunga melati. Apalagi bunga melati sekarang langkah. Bahkan untuk hajatan mantenan serta acara-acara pemerintahan selalu banyak memanfaatkan bunga melati.

"Perawatan bunga melati mudah. Tapi masih banyak yang belum memanfaatkan pangsa pasar melati untuk usaha. Padahal, untuk lahan saya per hari bisa menghasilkan 20 kilogram. Kekurangan diambilkan dari Pekalongan. Di Ponorogo baru ada 3 pembudidaya melati. Kalau di Pekalongan sudah ekspor ke Singapura dan India," tegasnya.

Huda menjelaskan bunga melati bisa produktif jika sudah usia tanam 2 tahun. Sedangkan harganya mencapai Rp 80.000 per kilogram. Bahkan pernah menembus harga Rp 400.000 hingga Rp 475.000 per kilogram. Padahal, pohon bunga melati bisa bertahan sampai 30 tahun. Tapi saat usia 25 tahun harus dilakukan peremajaan.

"Untuk luas lahan 3.500 meter persegi, kalau dimaksimalkan sebulan menghasilkan 2 kuintal bunga melati dan menghasilkan omzet Rp 40 juta," papar Sarjana Kimia ini.

Sementara untuk kendalanya kesulitan di pemetikan. Karena perempuan yang muda-muda banyak yang menjadi BMI. Pihaknya berharap ke depan mampu berbudidaya melati selain untuk ronce juga untuk bahan teh. Apalagi Ponorogo dekat dengan Kebun Teh Jamus Ngawi.

"Seharusnya ada pemberdayaan dan pembinaan untuk masyarakat tapi perlu dukungan pemerintah agar bisa menyerap tenaga kerja. Surat Edaran (SE) Bupati Ponorogo yang memberi kelonggaran hajatan membuat usaha kami mulai berjalan. Kalau tidak segera dilonggarkan ada 30 karyawan kami yg terdampak kehilangan pekerjaan," tandasnya. Mal/Waw