Petani Porong Tolak Sawah Produktif Ditanami Ribuan Pohon Trembesi


Petani Porong Tolak Sawah Produktif Ditanami Ribuan Pohon Trembesi TOLAK - Sejumlah petani asal Desa Juwet Kenongo, Kecamatan Porong menunjukkan lokasi lahan sawah produktif yang bakal ditanami pohon trembesi oleh Sun City, Selasa (30/01/2018).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Sejumlah petani asal Kelurahan Juwet Kenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo menolak rencana pemilik lahan Sun City yang bakal menanami lahan sawah produktif dengan 2.000 pohon trembesi. Alasannya, lahan produktif yang selama ini masih ditanami padi oleh petani bakal tidak mendukung program swasembada pangan.

Ketua Kelompok Tani Kenongo Indah, Sunyoto (63) dan Ketua Gapotan JuwetKenongo, Sukimen (78) menjelaskan ada lahan sawah sebanyak 20 bagian seluas 4 hektar di lingkungkan Kenongo, Kelurahan Juwet Kenongo, Kecamatan Porong yang bakal ditanami pohon trembesi. Oleh karena itu, seketika rencana itu ditolak kelompok tani lantaran lahan sawah itu masuk lahan produktif yang selama ini ditanami padi oleh para petani setempat.

"Lahan sawah ini sebelumnya milik petani. Tapi sudah dijual ke Sun City  sejak Tahun 2015. Awalnya sebanyak 6 petak dan Tahun 2016 sebanyak 5 petak. Setelah itu di Tahun 2017 sebanyak 9 petak. Sistem jual beli lahan sawah melalui perorangan dengan cara door to door," terang Sunyoto kepada republikjatim.com, Selasa (30/01/2018).

Lebih jauh, Sunyoto menguraikan berdasarkan hasil rapat petani pada awal Nopember 2017, petani serempak dan sepakat lahan itu bakal ditanami padi. Oleh karenya; alat pertanian mulai 18 Januari 2018 diterjunkan ke area sawah untuk proses membajak lahan. Namun pihak Sun City tanggal 26 Januari 2018 menurunkan bambu serta 2.000 pohon trembesi.

"Kami selaku perwakilan petani menolak adanya perlakuan Sun City yang semena-mena terhadap petani," ini imbuhnya didampingi Sukimen.

Selama ini, kata Sunyoto selama 3 tahun lahan itu disewakan Sun City ke para petani untuk dikelola. Selama ini lahan itu ditanami padi. Petani menyewanya melalui calo, Askuri warga asal Tanggulangin.

"Sewa lahan sawah ini seharga Rp 2,5 juta per tahun. Soal disetorkan atau ke Sub City kami tidak tahu menahu. Yang jelas kami sebagai petani ditekankan pemerintah untuk swasembada dan mempertahankan ketahanan pangan. Kenyataannya, sawah diubah menjadi lahan pohon trembesi," tegasnya.

Sementara Kepala Kelurahan Juwet Kenongo, Munika menegaskan lahan itu merupakan tanah produktif yang terus ditanami padi sesuai pola tanam. Untuk rencana penanaman pohon trembesi itu tidak ada izin dari Kelurahan maupun Kelompok Tani.

"Tidak hanya itu, jual beli sawah sebanyak 29 bagian itu juga tidak ada pemberitahuan. Tahu-tahu ada seseorang ke kantor kelurahan mengurus surat menyurat. Dari situ baru diketahui tanah sawah itu sudah dijual. Intinya jual beli itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Kelurahan," ungkapnya.

Sedangkan terkait penolakan petani atas penanaman ribuan pohon trembesi itu, lanjut Munika pihaknya justru mendukung penolakan petani itu. Alasannya, obyek lahan itu memang masih produktif untuk ditanami padi.

"Langkah berikutnya pemerintah kelurahan akan mengirim surat atas dasar hasil musyawarah. Jika surat itu tidak direspon, kami beserta petani bakal mendatangi Bupati Sidoarjo untuk melaporkan masalah ini," tandasnya. Waw