Minimalisir Permainan Tengkulak Sapi, BHS Siap Jadikan Sidoarjo Berswasembada Daging


Minimalisir Permainan Tengkulak Sapi, BHS Siap Jadikan Sidoarjo Berswasembada Daging TERNAK SAPI - Bacabup Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengamati ratusan sapi milik peternak di Desa Pertapan Maduretno, Kecamatan Taman, Sidoarjo yang pernah mendapatkan bantuan 57 ekor sapi dari pemerintah pusat, Rabu (19/08/2020).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) bakal meminimalisir permainan kalangan tengkulak sapi. Hal ini agar para peternak sapi pedaging dapat menjual harga sapinya lebih mahal.

Upaya ini agar memicu geliat para peternak sapi berkembang dan mendorong peternak sapi lainnya berpacu mengembangkan peternakannya. Selain itu, juga bertujuan mewujudkan cita-cita menjadikan Sidoarjo sebagai kabupaten berswasembada daging bisa terealisasi.

"Saya mengapresiasi pemilik ternak sapi ini. Karena pernah dapat bantuan APBN 57 ekor sapi. Sekarang tinggal satu-satunya di Sidoarjo yang berkembang menjadi 100 ekor lebih sapi. Ini harus terus dikembangkan dan harus ada pendampingan dinas. Kalau ada bantuan lagi dari pusat atau daerah akan diprioritas. Apalagi dari sekitar 72 peternak yang dapat bantuan sapi tinggal satu yang bisa berkembang," ujar BHS kepada republikjatim.com, Rabu (19/08/2020) saat di Kelompok Ternak Sapi Betina Produktif Pertapan Jaya, Desa Pertapan Maduretno, Kecamatan Taman, Sidoarjo.

Selama ini, lanjut BHS yang juga mantan anggota DPR RI ini bercita-cita menjadikan Sidoarjo berswasembada pangan. Indikatornya terpenuhinya 11 komoditas pangan. Salah satunya adalah daging sapi. Jika mampu merealisasikan swasembada daging sapi maka Sidoarjo tidak perlu impor daging sapi dari luar negeri.

"Kalau swasembada, masyarakat bisa mendapat daging secara cepat, mudah dan murah. Karenanya peternak sapi sangat membutuhkan pendampingan dari dinas. Kami siap membantu untuk manajemen dan pemasaran. Yakni dengan langsung menghubungkan ke restoran, resto dan rumah makan yang membutuhkan daging sapi sebagai bahan utamanya. Kalau sudah terhubung maka tidak akan ada kesulitan pemasaran," imbuhnya.

Bagi Alumnus ITS Surabaya ini, jika peternak sapi mampu memenuhi kebutuhan restoran dan rumah makan, maka akan mengurangi peran blantik (makelar) sapi yang kerap memainkan harga dari para peternak. Selain itu, keuntungan penjualan daging sapi bisa meningkat tidak hanya dihargai Rp 45.000 per kilogram untuk sapi hidup. Bahkan selama dimainkan tengkukal peternak hanya menjual sapinya saat Hari Raya Idul Adha saja.

"Begitu juga soal Rumah Potong Hewan (RPH). Jika sekarang hanya ada satu di Krian akan ditambah menjadi 5 sampai 6 RPH untuk melayani peternak dari 18 wilayah kecamatan. Tentu dengan menghitung ulang data jumlah peternak sapi pedaging terlebih dahulu. Di kecamatan mana terbanyak peternak sapinya akan didirikan RPH agar peternak bisa memotong sapinya sendiri," tegasnya.

BHS yang mendapatkan penghargaan anggota DPR RI Teraspiratif Tahun 2019 ini mengaku jika peternakan sapi pedaging semakin banyak dan berkembang maka juga bakal diberdayakan ternak sapi susu. Hal ini untuk menunjang program minum susu gratis sebulan dua kali khusus untuk anak-anak hingga remaja.

"Kalau peternak sapi susu juga berkembang maka anak-anak Sidoarjo bakal semakin sehat dan bisa swasembada daging maupun susu. Termasuk layanan suntik sapi dan IB akan digratiskan kalau saya diamahi menjadi Bupati Sidoarjo," jelasnya.

Sementara soal limbah kotoran sapi, kata BHS bakal difasilitasi untuk diolah menjadi biogas. Prosesnya tidak terlalu sulit. Akan tetapi perlu bantuan pemerintah untuk pembelian peralatannya agar bisa menghasilkan desa penghasil biogas.

"Ini akan jadi program prioritas saya. Kalau ada hibah bantuan peralatan maka akan bisa menggantikan elpiji maupun blue gas. Kalau satu desa mampu menghasilkan swasembada energi gas lewat biogas kotoran sapi maka akan menjadi desa yang mandiri mengalahkan desa-desa atau kelurahan di perkotaan. Ini akan jadi program prioritas saya," papar Bacabup yang sudah mengantongi rekomendasi resmi Partai Gerindra ini.

Sementara salah satu pemilik ternak sapi, Hari Santoso mengaku setiap tahun hanya sekali menjual sapi-sapi miliknya yakni saat Idul Adha. Alasannya, jika di hari biasa menjual sapi harganya anjlok karena dipermainkan tengkulak sapi itu. Begitu juga kalau memotongan sapi di RPH akan dipermaikan oknum tengkulak. Padahal, dirinya beternak sapi sudah sejak Tahun 2012 lalu.

"Kalau jualan sapi saat Idul Adha masih ada keuntungannya. Kalau dijual ke tengkulak peternak pasti rugi. Padahal, untuk makan sapi-sapinya saja yang mengandalkan pakan dari limbah industri minimal sebulan menghabiskan anggaran antara Rp 15 sampai Rp 17 juta untuk ratusan sapi ternaknya itu," tandasnya. Hel/Waw