Gus Syaikhul : Peran Perempuan Sangat Strategis dalam Pencegahan Gerakan Radikalisme di Indonesia


Gus Syaikhul : Peran Perempuan Sangat Strategis dalam Pencegahan Gerakan Radikalisme di Indonesia SOSIALISASI - Anggota MPR RI, Syaikhul Islam Ali (Gus Syaikhul) Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan bersama puluhan pengurus Fatayat Surabaya di Pesantren Modern Bumi Shalawat, Sidoarjo, Selasa (23/01/2024) kemarin.

Sidoarjo (republikjatim.com) - Anggota MPR RI, Syaikhul Islam Ali memastikan perempuan memiliki peran sangat strategis dalam mencegah gerakan radikalisme di Indonesia. Karena itu, dalam Sosialiasi 4 Pilar Kebangsaan yakni mulai Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), politisi PKB ini mengajak anggota dan pengurus Fatayat NU Surabaya untuk menggunakan perannya dalam mencegah gerakan radikalisme.

Terutama setelah mengikuti Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan itu. Apalagi sudah memiliki modal pemahaman soal peran strategisnya dalam mencegah gerakan radikalisme yang melawan 4 kebangsaan bagi warga di sekitar rumah dan lingkungannya.

"Sangat penting sifatnya, kita sebagai wakil rakyat memberikan pemahaman kepada kaum perempuan (Fatayat NU) soal perannya dalam mencegah gerakan radikalisme. Karena dengan mencegah gerakan radikalisme berarti kita mampu menjaga keutuhan NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika," ujar anggora Fraksi PKB DPR RI, Syaikhul Islam Ali saat Sosialiasi 4 Pilar Kebangsaan bersama puluhan anggota dan pengurus Fatayat NU Surabaya, Selasa (23/01/2024) kemarin.

Bagi politisi PKB yang sudah dua periode duduk di Kantor Wakil Rayat di Senayan, Jakarta ini memberi pemahaman kaum perempuan soal pencegahan gerakan radikalisme, khususnya para ibu rumah tangga sebagai bagian inti dari keluarga, sangatlah penting.

"Apalagi, saat ini wacana intoleran dan faham radikal atas nama agama semakin meluas dan terinternalisasi di tengah-tengah kalangan masyarakat," ungkap politisi PKB Dapil I Jatim (Surabaya dan Sidoarjo) ini.

Gus Syaikhul menilai kaum ibu -ibu (emak-emak) saat ini memiliki peran signifikan dan waktu lama dibanding kaum laki-laki (ayah) untuk memberi pendidikan kepada putra putrinya. Padahal, keluarga menjadi lingkungan paling intim dan benteng pertahanan terdepan dalam mencegah masuknya paham-paham buruk seperti radikalisme dengan menanamkan secara kuat nilai 4 pilar kebangsaan kepada anak-anaknya.

"Nah, saat ini paham radikalisme cenderung banyak menyerang anak-anak usia muda. Keluarga, khususnya ibu, harus memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman yang baik soal isu radikalisme dan pencegahannya. Tujuannya agar ancaman bahaya radikalisme di Indonesia tidak semakin meluas," tegas Anggota Fraksi PKB asal Sidoarjo ini.

Sementara Gus Syaikhul menegaskan terdapat tiga peran penting perempuan dalam pencegahan paham dan gerakan radikalisme. Terutama di era digital dan serba cepat saat ini. Pertama, Kognitif (Cognitive) yakni kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan, penalaran dan pemikiran. Hal ini dibagi lagi menjadi enam tingkatan, diantaranya pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analyzis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).

Kemudian, kedua Afektif (affective) yakni kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda dalam penalaran. Hal ini dibagi dalam tahapan penerimaan (receiving), partisipasi (responding), penilaian (valuing), organisasi (organization) dan pembentukan pola (gaya) hidup (characterization by a value).

"Sedangkan yang ketiga adalah psikomotorik (psychomotoric) yakni menghubungkan aktivitas (kegiatan) dengan pikiran. Dengan kata lain aspek keterampilan jasmani. Meliputi persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan yang terbiasa (mechanical response), gerakan yang kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan (adjusment) dan kreativitas (creativity)," tandasnya. Hel/Waw