Gimin, Pelestari Permainan Tradisional “Klitikan” yang Sudah Sepuh


Gimin, Pelestari Permainan Tradisional “Klitikan” yang Sudah Sepuh

SURABAYA – Di era yang sudah modern seperti ini berbagai aspek kehidupan masyarakat sudah banyak mengalami perubahan, semakin hari permainan tradisional semakin tenggelam kehilangan citranya di kalangan anak-anak jaman now.

Jika sekarang ini anak-anak cenderung dihadapkan dengan permainan yang berbau modern, digital dan canggih, berbeda dengan 30 tahun yang lalu. Dahulu anak-anak bermain hanya dengan menggunakan kertas, batu, karet gelang.

Mainan yang disebut klithikan ini mungkin kebanyakan orang tidak tahu, bahwa permainan ini sebenarnya sudah ada sejak puluhan tahun silam. Permainan ini terbuat dari aluminium dan kayu sehingga dapat memunculkan suara khas klithik-klithik begitu orang biasa menyebutnya.

“Maianan opo yo, anak-anak lek ngarani kupu-kupuan kalau orang jowo klithikan lek ngarani  (Mainan apa ya, anak-anak menyebutnya kupu-kupuan kalau orang jawa klithikan nyebutnya),” ujar lelaki asal Gempol, Pasuruan ini.

Gimin mengaku sudah berjualan permainan tradisional itu sudah 35 tahun. Ia bertahan untuk berjualan klithikan karena memang untuk pekerjaan utama dan untuk melestarikan permainan tradisional.

“Ya dodolan klithikan ben anak-anak ngerti wujude permainan tradisional, ikut melestarikan permainan tradisional ben gak punah (Ya jualan klethikan biar anak-anak tau wujudnya permainan tradisional, ikut melestarikan permainan tradisional agar tidak punah),” imbuhnya.

Menurutnya, permainan ini masih banyak peminatnya dari kalangan anak-anak. Selain dari suaranya yang unik nan nyaring, permainan ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu berbentuk kupu-kupu, ketika didorong kupu-kupu tersebut terlihat terbang.

Diusia Gimin yang menginjak 60 tahun ini perlu diapresiasi semangatnya untuk melestarikan permainan tradisional yang sudah dikalahkan oleh permainan yang lebih canggih.