Di Puncak HPN 2018, Presiden Mendadak Jadi Wartawan


Di Puncak HPN 2018, Presiden Mendadak Jadi Wartawan TUKAR PERAN - Presiden RI, Joko Widodo bertukar peran dengan wartawan asal Surabaya agar bisa mewawancarai presiden dadakan di puncak Hari Pers Nasional 2018 di Danau Cimpago, Kota Padang, Propinsi Sumatera Barat, Jumat (09/02/2018).

Padang (republikjatim.com) - Ada yang berbeda pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2018 yang digelar di kawasan Danau Cimpago, Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat, Jumat (09/02/2018). Mendadak Presiden RI, Joko Widodo minta bertukar peran dengan seorang wartawan asal Surabaya agar wartawan mengetahui rasanya jadi Presiden yang ditanya berbagai pertanyaan yang kadang membingungkan pejabat.

Tukar peran itu, dilakukan Kepala Negara karena dirinya ingin berbagi pengalaman saat dicegat wartawan di sela aktivitasnya. Bahkan, terkadang para wartawan mencecar sejumlah pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab Presiden RI secara mendadak.

Oleh karena itu, Presiden mengundang salah seorang wartawan yang hadir untuk naik ke atas panggung. Terpilihlah Muhammad Yusri Nur Raja Agam, wartawan asal Surabaya yang mengaku sudah menjalani profesi wartawan selama 40 tahun terakhir.

"Saya minta Pak Yusri jadi Presiden, saya yang jadi wartawan. Nanti saya tanya gantian, mumpung pas hari Pers. Bapak jadi Presiden, saya jadi Wartawan," pinta presiden yang akrab dipanggil Jokowi ini di sela-sela acara puncak HPN 2018.

Saat dipanggil orang nomor 1 di Indonesia itu wartawan yang asli Padang dan besar di Surabaya ini dengan rasa percaya diri langsung naik panggung. Bahkan, Yusri langsung memainkan perannya sebagai seorang Presiden. Tanpa basa basi Yusri langsung bertanya ke Jokowi.

"Baik bapak (Jokowi) saudara wartawan, apa yang mau ditanyakan?" tanya Yusri.

Presiden Jokowi pun menyampaikan sejumlah pertanyaan layaknya seorang wartawan. Mulai dari jajaran Menteri Kabinet Kerja yang dianggap paling penting hingga media yang dianggap menyebalkan. Untuk menteri yang paling penting, Yusri menjawabnya Menteri Komunikasi dan Informatika.

"Supaya informasi disampaikan mulai dari kota sampai ke desa, semua menerima informasi dan komunikasi dengan baik. Termasuk informasi politik," jawab Yusri menjelaskan alasannya.

Sementara untuk media yang paling menyebalkan, pertanyaan ini diajukan Presiden Jokowi bukanlah tanpa alasan, karena terkadang dirinya merasa sebal dan jengkel dengan pertanyaan wartawan yang mudah di awal tapi sulit di pertengahan wawancara.

"Nah sekarang saya tanya ke Pak Presiden, media apa yang paling menyebalkan dan yang Bapak sering jengkel? Jawab blak-blakan Pak Presiden," tanya Jokowi.

Yusri pun menjawab dengan santai "Ya Media abal-abal," jawabnya.

Namun, Jokowi langsung membantahnya dengan menyatakan semua media yang terdaftar di lingkungan istana adalah media resmi.

"Tidak ada di likungan istana media abal-abal. Medianya resmi semuanya, tapi banyak yang menyebalkan. Sampaikan apa adanya, yang mana Pak?" ujar Presiden Jokowi yang masih berperan sebagai wartawan itu.

Dengan spontan, Yusri pun menjawab.

"Yang paling menyebalkan itu Rakyat Merdeka," ucap Yusri yang disambut tawa dan sorak para hadirin.

"Pak Presiden ini blak-blakan seperti perasaan saya. Sama persis," ujar Presiden Jokowi yang ikut tertawa mendengar jawaban Yusri itu.

Penasaran dengan jawaban Yusri, Presiden Jokowi pun menanyakan alasannya memilih Rakyat Merdeka sebagai media yang menyebalkan.

"Ya kalau rakyatnya merdeka pemimpinnya yang susah. Kalau merdeka, semuanya dianggap merdeka. Padahal kemerdekaan itu ada aturannya," serga Yusri.

Sambil tersenyum, Presiden Jokowi pun meminta Yusri kembali ke tempatnya dan mengambil sepeda sebagai hadiah. (SP/Waw).