Batik Produksi Warga Binaan Lapas dan Rutan di Jatim Dipakai Menteri dan Putri Pariwisata di Ajang Miss Supranational 2022


Batik Produksi Warga Binaan Lapas dan Rutan di Jatim Dipakai Menteri dan Putri Pariwisata di Ajang Miss Supranational 2022 BATIK - Putri Indonesia Pariwisata 2022, Adinda Cresheilla mengunjungi Gerai Batik di Rutan Sumenep serta beberapa produksi batik Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di sejumlah Lapas dan Rutan di Jatim, Senin (02/10/2023).

Surabaya (republikjatim.com) - Kanwil Kemenkumham Jatim melalui Lapas dan Rutan jajaran berkontribusi melestarikan dan mengembangkan batik. Sejak belasan tahun lalu, Lapas dan Rutan di Jatim telah memproduksi berbagai jenis, motif dan mengembangkan teknik membatik warisan para leluhur nusantara itu.

"Kami sudah mulai memberikan atensi terhadap kegiatan pembinaan kemandirian membatik sejak Tahun 2011 lalu," ujar Kakanwil Kemenkumham Jatim, Heni Yuwono kepada republikjatim.com, Senin (02/10/2023) bersamaan Hari Batik Nasional.

Menurut Heni, ada beberapa Lapas dan Rutan jajarannya yang menjadikan batik sebagai produk unggulan hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Seperti Lapas Bojonegoro, Lapas Madiun, Lapas Banyuwangi, Lapas Perempuan Malang, Rutan Sumenep, Rutan Trenggalek, Rutan Perempuan Surabaya hingga Rutan Kraksaan.

"Untuk motif yang diproduksi juga beragam dan terus dikembangkan dengan pendampingan dari para ahli atau pembatik profesional," imbuh Heni.

Mantan Sekretaris Ditjen Pemasyarakatan ini mencontohkan diantaranya Citra Batik Tulis Modern Rutan Sumenep, Batik Eco Print Lapas Perempuan Malang dan Batik Shibori Rutan Trenggalek. Ada juga Batik Jumputan Rutan Perempuan Surabaya, Batik Gajah Oling Lapas Banyuwangi, Batik Ronggomukti atau Rukas Rutan Kraksaan dan Batik Tulis Lapas I Madiun.

"Masing-masing Lapas dan Rutan menggandeng ahli dari Balai Latihan Kerja (BLK) atau pihak swasta sesuai dengan yang ada di daerah masing - masing," tegasnya.

Hasilnya kata Heni untuk corak yang diproduksi juga menyesuaikan dengan ciri khas daerah masing - masing. Seperti karapan sapi, ayam bekisar, topeng, burung kakak tua, keris dan keraton. Selain itu juga motif mayura, mangga anggur hingga yang memanfaatkan pewarna alami dari tanin atau zat warna daun.

"Batik yang diproduksi Lapas Perempuan Malang memang lebih ramah lingkungan. Karena tidak menghasilkan limbah kimia sintetis dan bahannya menggunakan flora khas Indonesia seperti kayu secang, akar daun mengkudu, daun jarak, mengkudu dan daun jati," urai Heni.

Untuk pemasaran, batik produksi warga binaan Lapas dan Rutan di Jatim sudah sampai level nasional. Beberapa tokoh nasional seperti Menteri dan Wakil Menteri Hukum dan HAM hingga Putri Indonesia Pariwisata juga tak ragu mengenakan batik produksi warga binaan Lapas maupun Rutan itu.

"Batik dari Rutan Sumenep pernah menjadi salah satu sponsor Putri Indonesia Pariwisata 2022 (Adinda Cresheilla) pada saat mengikuti Miss Supranational 2022," ungkap Heni.

Untuk mengembangkan bakat dan minat warga binaan, batik produksi warga binaan itu dijual untuk masyarakat umum. Pihak Lapas dan Rutan selama ini memanfaatkan media sosial dan galeri warga binaan di masing-masing Lapas dan Rutan untuk pemasangan produk batik yang bakal dijual.

"Dari segi harga dan kualitas, kami yakin bisa bersaing. Mengingat tokoh masyarakat sudah banyak yang membuktikan menggunakan batik produksi warga binaan Lapas maupun Rutan," jelas Heni.

Sementara hasil penjualannya nanti akan dialokasikan untuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Selain itu, warga binaan juga mendapatkan premi dari hasil kerja kerasnya itu.

"Premi untuk warga binaan ditabung dan bisa diambil ketika warga binaan bebas. Harapannya bisa dibuat modal usaha ketika warga binaan itu bebas dari Lapas atau Rutan," pungkasnya. Kem/Hel/Waw