Tak Diperhatikan Dinas PU Pemkab Ponorogo, Warga Ngrayun Urunan Bangun Jembatan Senilai Rp 160 Juta


Tak Diperhatikan Dinas PU Pemkab Ponorogo, Warga Ngrayun Urunan Bangun Jembatan Senilai Rp 160 Juta BANGUN - Warga Desa Baosan Lor dan Desa Sendang, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo urunan untuk biaya membangun jembatan antar desa dengan cor permanen karena tak kunjung diperhatikan Dinas PU Pemkab Ponorogo, Sabtu (24/07/2021).

Ponorogo (republikjatim.com) - Upaya warga pinggiran Ponorogo patut diacungi jempol. Ini menyusul iuran (urunan) warga dua desa untuk membangun jembatan di atas Sungai Dung Kelung penghubung Desa Baosan Lor dan Desa Sendang serta Desa Gedangan, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo terealisasi.

Uang iuran untuk pembangunan jembatan itu mencapai hampir Rp 160 juta. Bahkan pengerjaan jembatan cor itu, juga dikerjakan secara gotong royong warga kedua desa itu. Hal ini disebabkan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pemkab Ponorogo tak menghiraukan kerusakan jembatan kayu penghubung antar kedua desa itu.

Berdasarkan datanya hasil urunan warga terutama yang tinggal di kedua itu sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB) mencapai Rp 159.997.000. Anggaran itu, bakal digunakan membangun jembatan dengan panjang 35 meter dan lebar 3,5 meter.

Ketua Panitia Pembangunan Jembatan Dung Kelung, Dusun Galih, Desa Baosan Lor, Kukun Hariawan mengatakan pembangunan Jembatan Dung Kelung direncanakan akan menghabiskan anggaran senilai hampir Rp 160 juta. Seluruh anggaran hasil dari iuran atau urunan warga di dua desa. Jembatan Dung Kelung merupakan jembatan penghubung Desa Baosan Lor dan Desa Sendang.

"Pembangunan jembatan ini secara swadaya. Jembatan ini semula beralaskan (landasan) papan dan sudah ada tiang penyangganya juga hasil swadaya warga. Jembatan itu dibangun Tahun 1998 lalu. Saat ini dilanjutkan urunan agar jadi jembatan permanen. Kami ingin membuka akses dua desa karena jalur vital," ujar Kukun Hariawan kepada republikjatim.com, Sabtu (24/07/2021).

Kukun menguraikan anggaran awal iuran warga sekitar jembatan sekitar 550 KK termasuk dari Desa Sendang dan Baosan Lor minimalkan Rp 20.000 per KK. Namun, karena anggara yang dibutuhkan cukup banyak, pihaknya menggalang dana secara donasi lewat media sosial dan dalam bentuk proposal. Hasilnya lumayan besar itu hampir mencapai Rp 160 juta.

"Karena anggaran dari Pemkab Ponorogo sejauh ini belum ada. Dari dana desa juga belum ada. Sementara kebutuhan anggarannya sebesar Rp 159.997.000. Sampai hari ini masih tahap pengecoran balok dasar. Rencananya dilanjut cor lantai sambil nunggu dana bantuan masuk dari donatur. Kalau untuk tenaga pekerja murni gotong royong masyarakat Desa Sendang dan Baosan Lor," imbuh Ketua Panitia ini.

Pembangunan jembatan ini, kata Kukun membuat masyarakat dua desa antusias meski secara swadaya. Karena roda empat bisa masuk. Sebelumnya akses jalan harus memutar memakan waktu satu jam lebih. Tapi, jika Jembatan Dung Kelung jadi akan lebih dekat dan mudah digunakan akses dua desa itu.

"Jembatan sebelumnya tidak bisa dilalui mobil. Dimanfaatkan sepeda motor mengawatirkan. Untuk mobil harus putar dan memakan waktu lebih 1 jam. Padahal, jembatan ini akses vital jalur ke sekolah, ke pasar dan jalur untuk ke Kota Ponorogo," tegas pria 31 tahun ini.

Kukun menargetkan jembatan itu harus jadi bulan depan. Sehingga harus setiap hari ada pekerjanya.

"Saat pengecoran balok bentang, warga yang membantu sekitar 200 orang lebih. Paling tidak awal Agustus pengecoran lantai (landasan jembatan) selesai," paparnya.

Sementara Kepala Desa Baosan Lor , Parlan menegaskan jembatan Dung Kelung adalah jalan poros antar desa.

"Benar itu jalan poros penghubung antara dua desa," pungkasnya. Mal/Waw