Sosok Mbah Kiai Nur Iman Mlangi Putra Kraton Sekaligus Bangsawan yang Pilih Jadi Ulama Besar di Yogyakarta


Sosok Mbah Kiai Nur Iman Mlangi Putra Kraton Sekaligus Bangsawan yang Pilih Jadi Ulama Besar di Yogyakarta ZIARAH - Sejumlah peziarah asal Sidoarjo berziarah ke makam Kiai Nur Iman Mlangi yang dikenal dengan nama Raden Mas Sandeyo di Dusun Mlangi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pekan kemarin.

Yogyakarta (republikjatim.com) - Ulama besar yang satu ini adalah sosok Kiai Nur Iman Mlangi atau Raden Mas Sandeyo. Ia merupakan ulama besar yang masih keturunan bangsawan keraton Mataram.

Ayah dari Mbah Kiai Nur Iman Mlangi merupakan Pangeran Suryaputra yang bergelar Raja Amangkurat IV. Ketika berada di Keraton, Mbah Kiai Nur Iman Mlangi lebih tertarik dalam berdakwah. Hingga akhirnya keluar Keraton dan menyebarkan Agama Islam ke arah barat hingga di wilayah daerah Sleman itu.

Saat berada di Sleman, Mbah Kiai Nur Iman Mlangi mulai menyiarkan Agama Islam dan diberi hadiah tanah perdikan (tanah bebas pajak) oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I (RM Mangkubumi). Kemudian, setelah Hamengku Buwana I wafat, pemerintahan digantikan putranya yakni RM Sundoro yang bergelar Hamengku Buwono II.

Selama memimpin Hamengku Buwono II sangat nasionalis dan rela berkorban untuk rakyatnya. Terlebih dalam pengembangan Agama Islam. Hal ini terlihat dengan baiknya hubungan antara ulama dan umaro pada saat itu.

Selanjutnya, pada masa pemerintahan Hamengku Buwono II, Mbah Kiai Nur Iman Mlangi mengarahkan agar Raja membangun Empat Masjid Besar untuk melengkapi dan mendampingi Masjid yang sudah berdiri terlebih dahulu. Yakni masjid yang berada di Kampung Kauman atau di samping Kraton. Masjid yang akan dibangun ini disarankan Mbah Kiai Nur Iman Mlangi dibangun di empat arah dan diberi nama Masjid Patok Nagari.

Keempat masjid itu berada di sebelah Barat terletak di Dusun Mlangi, di sebelah Timur terletak di Desa Babadan, di sebelah Utara terletak di Desa Ploso Kuning dan di sebelah Selatan terletak di Desa Dongkelan. Sedangkan pengurus keempat masjid itu adalah putra - putra Kiai Nur Iman Mlangi. Diantaranya Masjid Ploso Kuning diurus Kiai Mursodo, Masjid Babadan diurus Kiai Ageng Karang Besari, Masjid Dongkelan diurus Kiai Hasan Besari dan Masjid Mlangi diurus Mbah Kiai Nur Iman Mlangi sendiri.

Dalam perkembangannya, keempat masjid itu kemudian terkenal dengan Masjid Kagungan Dalem atau Masjid Kasultanan. Bahkan pengurus (takmir) masjidnya pada saat itu termasuk abdi dalem Kraton.

Mbah Kiai Nur Iman Mlangi atau RM Sandeyo diperkirakan lahir pada sekitar abad ke 18 atau Tahun 1700-an. Mbah Kiai Nur Iman Mlangi merupakan pendiri dari Dusun Mlangi, Sleman, Yogyakarta. Mbah Kiai Nur Iman Mlangi merupakan kiai pertama yang mengajarkan agama kepada masyarakat setempat hingga dusun yang dibangun disebut Mulangi atau Mlangi itu.

Berdasarkan silsilahnya, Mbah Kiai Nur Iman Mlangi atau yang dikenal RM Sandeyo merupakan putra pertama dari RM Suryaputra yang bergelar Raja Amangkurat IV dengan RA Retno Susilowati, putri dari pahlawan nasional Untung Suropati yang saat itu bergelar Adipati Wiranegoro. RM Sandeyo juga saudara tertua para tokoh Kerajaan Mataram. Diantaranya Pangeran Mangkunegara I, Raja Pakubuwana II, dan Raja Hamengkubuwono I. Sementara guru Mbah Kiai Nur Iman Mlangi adalah Kiai Abdullah Muhsin.

Makam Mbah Kiai Nur Iman Mlangi berada di JL Masjid Patok Negoro, Area Sawah, Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk haul Mbah Kiai Nur Iman Mlangi digelar setiap tahun sekali di Masjid Pathok Negoro. Haulnya diperingati pada bulan Muharram untuk tanggal haul akan diberitahukan pihak keluarga besar Mbah Kiai Nur Iman Mlangi.

Para peziarah yang datang ke makam Mbah Kiai Nur Iman Mlangi banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tidak hanya datang dari wilayah Sleman dan Yogyakarta saja. Tapi banyak peziarah yang datang dari luar kota. Bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam Mbah Kiai Nur Iman Mlangi yang berada di Komplek Pemakaman Masjid Pathok Negara Mlangi, Sleman.

Konon terdapat keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke makam Mbah Kiai Nur Iman Mlangi dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Mbah Kiai Nur Iman Mlangi bakal dibukakan akal pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu. Termasuk dimudahkan dalam mencari rezeki, dimudahkan dalam hajatnya dan dimudahkan dalam mendapatkan jodoh.

Sementara sejumlah peninggalan Mbah Kiai Nur Iman Mlangi diantaranya adalah mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes). Bangunan Ponpes ini merupakan buah perjuangan dakwah Mbah Kiai Nur Iman Mlangi. Yakni berdirinya 12 pondok pesantren di Mlangi. Diantaranya Pesantren Al-Miftah, Pesantren As-Salafiah, Pesantren Falahiyah, Pesantren Al-Huda Mlangi Timur, Pesantren Hujatul Islam, Pesantren Salimiyah, Pesantren An-Nasyath, Pesantren Ar-Risalah, Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Pesantren Al-Quran, Pesantren Darussalam dan Pesantren Aswaja Nusantara.

Sedangkan sejumlah karya yang dijadikan kitab dan merupakan bidang pemikiran dan ulama-ulama banyak memproduksi karya-karya tulis yang sangat berharga. Diantaranya Mbah Kiai Nur Iman Mlangi menulis beberapa kitab yang menjadi rujukan. Diantaranya kitab Al-Saniy al-Maṭolib, Taqwim dan Ar-Risalah. Hel/Waw