Mau Isolasi Mandiri, Warga Ponorogo Mala Dapat Bantuan Paket Sembako


Mau Isolasi Mandiri, Warga Ponorogo Mala Dapat Bantuan Paket Sembako SEMBAKO - Para pemudik asal Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Ponorogo yang mau menjalani Isolasi Mandiri mala mendapat sembako untuk kebutuhannya selama 14 hari dari pemerintah desa setempat, Senin (20/04/2020).

Ponorogo (republikjatim.com) - Pemerintah Desa (Pemdes) Karangpatihan, Kecamatan Balong, Ponorogo melalui Posko Satgas (Relawan Desa Tanggap Covid-19) mulai merealisasikan kebijakan bersifat sosial. Kebijakan bernuansa sosial ini yakni memberi ruang kepada warga yang mudik dari perantauan tanpa masuk ruang isolasi desa.

Para pemudik itu mala mendapatkan kebijakan khusus. Mereka diperbolehkan mengikuti isolasi mandiri di rumah masing-masing pemudik. Bahkan pemudik yang siap menjalani isolasi mandiri di rumahnya, justru mala mendapat kebutuhan hidup mereka selama 14 hari berupa paket sembako.

"Untuk Desa Karangpatihan ruang isolasi desa tidak ada yang menghuni. Mereka lebih memilih isolasi mandiri di rumahnya masing-masing. Bilik (ruang isolasi desa) tidak terpakai karena warga (pemudik) lebih memilih isolasi mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing," terang Kepala Desa Karangpatihan Eko Mulyadi kepada republikjatim.com, Senin (20/04/2020).

Kades yang akrab dipanggil Eko ini memaparkan jika kebijakannya memang berbeda dengan desa lainnya. Salah satunya, yakni dengan membekali warganya mengikuti prosedur kesehatan pemerintah. Sekaligus memberikan paket sembako untuk kebutuan selama isolasi mandiri 14 hari. Isinya berupa beras, gula, krupuk, minyak dan kopi sachet.

"Saat pemudik melaporkan kedatangan dan kesiapan mengikuti aturan prosedural pemerintah untuk isolasi mandiri, mereka mendapatkan paket sembako," imbuhnya.

Selain itu, kata Eko mereka juga difoto dengan membawa tulisan anjuran. Diantaranya Hallo Aku Mau Isolasi Mandiri di Rumah 14 Hari, Bagi yang Kangen Telephon Aja Ya, Saya Siap Isolasi Mandiri Selama 14 Hari dan berbagai tulisan anjuran lainnya.

"Selama kurun waktu Maret hingga April ini sudah ratusan warga desa kami yang mudik baik dari luar kota maupun dari luar negeri. Jumlah pemudik yang isolasi mandiri 112 orang. Yang sudah selesai isolasi sebanyak 90 orang. Per Senin (20/04/2020) yang masih menjalani isolasi selama 14 hari sebanyak 22 orang," tegasnya.

Menurut Eko sampai saat ini belum ada pemudik yang bandel untuk isolasi mandiri. Rata-rata semua patuh aturan karena semua ikut mengawasi mulai dari tetangga kanan kiri, RT, Karang Taruna, Perangkat Desa, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama terlibat dalam Satgas Desa Peduli covid-19.

"Kalau bandel isolasi, kami disediakan ruang isolasi desa. Alhamdulillah kepatuhan masyarakat sangat tinggi," kata Kepala Desa berusia 37 tahun ini.

Sementara karena tingkat kepatuhan warga cukup tinggi, kata Eko, baik desa maupun Satgas tidak harus memasang tanda (stiker) di rumah warga yang menjalani isolasi itu. Karena Satgas lebih mengedapankan pendekatan sosial. Karena itu, tidak perlu dipasang stiker isolasi.

"Semua warga sekitar sudah hafal yang harus menjalani isolasi mandiri yaitu mahasiswa yang kuliah di luar kota, pekerja dari luar negeri dan yang paling banyak pekerja luar kota," pungkas bapak dua anak ini. Mal/Waw