Malam 25 Ramadhan 1444 Hijriyah, Ribuan Umat Muslim Padati Makam Waliyullah Mbah Ud di Pagerwojo Sidoarjo


Malam 25 Ramadhan 1444 Hijriyah, Ribuan Umat Muslim Padati Makam Waliyullah Mbah Ud di Pagerwojo Sidoarjo ZIARAH - Ribuan umat muslim melaksanakan ziarah ke makam auliyah KH Ali Mas'ud di Makam Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran, Sidoarjo pada malam 25 Ramadhan, Minggu (16/04/2023) dini hari.

Sidoarjo (republikjatim.com) - Makam Waliyullah KH Ali Mas'ud yang akrab disapa Mbah Ud tidak hanya ramai dikunjungi ribuan umat muslim saat malam Jumat saja. Terutama saat malam Jumat Legi.

Namun, selama seperti tiga akhir Ramadhan 1444 Hijriyah makam Auliyah ini juga dipenuhi dengan jamaah umat muslim yang melaksanakan ziarah sekaligus tawasulan beberapa malam ganjil di bulan Ramadhan itu.

Selama ini, KH Ali Mas’ud atau lebih dikenal dengan sapaan Gus Ud atau Mbah Ud diketahui lahir Tahun 1908 dan tunggal di Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Mbah Ud wafat pada Tahun 1979 silam. Mbah Ud dimakamkan di komplek Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran, Sidoarjo.

Hingga kini, makam Mbah Ud yang sudah dipugar dengan menarik ini masih terus didatangi banyak umat muslim berziarah. Terutama malam Jumat maupun Jumat Legi. Mbah Ud ketika wafat belum dikaruniai keturunan, sehingga saat ini yang merawat makam, Musala dan Masjid di sekitar malam itu adalah para cucu dari adik dan kakak Mbah Ud.

Semasa hidupnya, Mbah Ud dikenal sebagai seorang Waliyullah yang luar biasa. Bahkan konon, tidak ada satupun ulama atau para wali di Tanah Jawa ini yang tak mengenal sosok Mbah Ud. Ayahnya Mbah Ud juga dikenal sebagai salah satu Kiai Ternama dan Terkemuka yakni Kiai Said bin Abdurrochman dan ibunya Nyai Fatma. Mereka dimakamkan di komplek makam auliyah yang baru dipugar Pemkab Sidoarjo di Dusun Sono, Desa Sidokerto, Kecamatan Buduran, Sidoarjo berjarak sekitar 3 kilometer arah utara dari makam Mbah Ud.

Selain itu, selama hidupnya KH Ali Mas’ud juga dikenal sangat ringan tangan dalam memberi motivasi atau pencerahan pada umat muslim yang membutuhkan. Mbah Ud juga sering menjadi rujukan para Kiai di Jawa Timur untuk memecahkan problematika umat Islam. Mbah Ud juga ikut berkiprah menyebarkan Islam dengan berdakwah kepada tamu-tamu yang datang ke rumahnya. Meski dalam prakteknya Mbah Ud tidak membangun pesantren, tetapi muridnya tersebar di seluruh penjuru Jawa dan luar Jawa atau Nusantara.

Salah satu cucu keponakan Mbah Ud yakni Hidayatullah menceritakan Mbah Ud memang tidak mau langsung membuka pesantren. Alasannya, karena saat menyiarkan agama Islam secara langsung tidak.

"Tetapi beliau (Mbah Ud) memberi wejangan kepada siapa pun tamunya yang datang. Beliau juga menjadi rujukan para Kiai yang ada di Jawa Timur untuk memecahkan sejumlah masalah terkait problematika yang ada di Agama Islam," ujarnya.

Bagi umat dan jamaah Nahdiyin, Waliyullah yang satu ini sudah pasti banyak yang tau kisahnya. Menurut kisah yang lainnya, Gus Ud mendapat derajat kewalian itu sejak masih kecil. Mbah Ud sangat nakal dan banyak tingkah hingga membuat ayahnya sering marah kepadanya. Sang ayah konon orang yang alim dan mengajar ngaji di rumahnya. Setiap ayahnya mengajar sering diganggu suara-suara teriakan Mbah Ud kecil hingga sang ayah memarahinya.

Dari situlah sang ayah melihat keanehan pada diri sang putranya itu. Suatu saat ayanhnya menegur Mbah Ud sambil membentak. Kamu ini banyak tingkah, makanya gak bisa ngaji!. Seketika itu. Mbah Ud kecil menimpali teguran ayahnya. "Ngajar ngajinya saya ganti ya?," kata Mbah Ud saat masih berusia anak-anak kala itu.

Seketika itu, ayah Mbah Ud merasa heran dengan ucapan anaknya yang baru berusia 8 tahunan itu. Mbah Ud langsung mengambil kitab kuning milik ayahnya itu dan langsung membacanya. Meskipun kitab itu gundul (tidak ada harokat) Mbah Ud kecil itu lancar membacanya berikut menjelaskan semua keterangan isi dalam kitab itu. "Subhanallah!," ungkap ayah Mbah Ud terheran-heran.

Maka, sejak itulah sang ayah membiarkan saja apa yang dilakukan putranya itu. Hingga Mbah Ud tidak pernah sekolah, tidak bisa membaca dan menulis. Namun Mbah Ud, bisa membaca Al Quran dan berbagai kitab lainnya. Dampaknya, wajar jika Mbah Ud jadi rujukan para Kiai di Jawa Timur untuk memecahkan sejumlah masalah keislaman itu.

Dalam kisah lainnya, terdapat juga beberapa keanehan. Saat itu musim haji. Mbah Ud berangkat haji bersama KH Mas Zubeir bin Harits. Ketika para jama’ah haji mau diberangkatkan, di dalam pesawat itu, Mbah Ud membaca marhabanan dengan suara keras dan tidak teratur sambil memukulkan sesuatu yang dipakai untuk musiknya. Hampir semua orang tidak ada yang berani melarang keinginan Mbah Ud. Saat itu ketika seluruh penumpang paham siapa Mbah Ud. Hanya salah satu awak pesawat lelaki menegur Mbah Ud dengan halus.

"Maaf Pak, pesawat mau berangkat, tolong berhenti dulu," katanya.

Seketika itu, Mbah Ud berhenti mambaca marhabanan dengan hati yang dongkol. Lalu apa yang terjadi? Sampai beberapa jam mesin pesawat itu tidak mau hidup atau menyalah. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan ternyata tidak ada masalah pada mesin pesawat itu. Sayangnya, mesin tetap saja tidak bisa dihidupkan.

Akhirnya, salah satu jama’ah haji ada yang menegur salah satu awak pesawat itu agar meminta maaf kepada Mbah Ud karena telah menegurnya untuk diam itu. Usai mendapat anjuran itu, kru pesawat itu langsung menuruti nasehat itu dan meminta maaf kepada Waliyullah ini.

"Saya minta maaf Pak atas kelancangan saya tadi. Sekarang bapak mau baca marhabanan (shalawat) lagi, monggo! Lalu, Mbah Ud menjawabnya dengan ringan. "Yo yo..".

Kemudian dengan rasa suka cita Mbah Ud langsung membaca marhabanan lagi dengan memukul - mukul sesuatu untuk menjadikan musiknya. Seketika itu, mesin pesawat langsung bisa menyalah (hidup) dan jamaah berangkat ke Saudi dengan selamat.

Mbah Ud dikenal paling suka seni shalawat hadrah. Saking sukanya dengan seni hadrah, kemanapun ada undangan hadrah, bisa dipastikan Mbah Uda akan menghadiri acara itu. Meski dengan suara yang tak enak dan baca’an yang kurang jelas. Bahkan Mbah Ud juga suka membaca diba’ dengan memukul terbang hadrah. Jangan kan dapat undangan, Mbah Ud itu jika sedang d itengah jalan, naik apapun juga jika mendengar ada hadrah pasti akan turun dan ikut shalawatan di tempat itu. Itulah gambaran sifat amat cintanya Mbah Ud terhadap baginda Nabi Muhammad SAW.

Mbah Ud memiliki Ilmu Laduni. Sehingga Mbah Ud mempunyai kelebihan dibandingkan orang lain pada umumnya.

Hidayatullah yang juga pemangku Majelis Taklim Mbah Ud menguraikan bagi warga Sidoarjo, ulama yang dulunya akrab dipanggil Gus Ud ini, kini lazim dipanggil Mbah Ud merupakan ulama yang tidak menyandang gelar. Sebagai orang yang memiliki kelebihan, Mbah Ud tidak mau menunjukkannya.

"Apalagi, dalam turut menyiarkan agama Islam, Mbah Ud tidak menggunakan kelebihannya itu untuk memberi pemahaman bagi umat muslim dan nonmuslim," ungkapnya.

Bagi warga Sidoarjo, Mbah Ud bukan hanya Kiai yang memiliki kelebihan, bisa mengobati orang sakit dan kelebihan lainnya. Namun, Mbah Ud juga ikut menyiarkan Islam melalui pemikirannya. Beliau menyebarkan agama Islam di daerah Sidoarjo dan sekitarnya.

Mbah Ud juga dikenal sebagai pengikut Naqsabandiyah. Meski begitu, jamaah yang datang umumnya tidak hanya Naqsabandiyah. Kalangan Nahdlatul Ulama juga ada. Area makam Mbah Ud punya kegiatan rutin setiap Jumat Legi. Diantaranya terbangan, tahlilan, salat malam dan pengajian sampai tengah malam.

"Di hari Minggu sore, juga ada agenda dikhususkan untuk Jamaah Tariqat Naqsabandiyah Kodiriyah," paparnya.

Sementara, Selasa pukul 21.00 WIB sampai pukul 00.00 WIB, ada acara Ishari se Kabupaten Sidoarjo. Untuk hari lain seperti Jumat Wage, tidak ada kegiatan, tetapi masjid tetap menggemakan ayat-ayat Suci Al Qur’an. Peziarah sendiri datang 24 jam setiap hari. Di hari biasa, kira-kira bisa 300 sampai 500 orang jamaah. Bahkan saat weekend dan malam Jumat, bisa sampai ribuan. Begitu juga saat malam ganjil di bulan Suci Ramadhan.

"Peziarah bisa datang dari berbagai kalangan. Mulai dari santri, pelajar, para Pengurusan hingga warga umum lainnya," tandasnya.

Tidak ada yang tahu seperti apa kegiatan istiqomah khusus yang Mbah Ud lakukan selain dzikir. Mbah Ud sendiri di Qodiriyah Naqsabandiyah. Jadi bisa dibilang, karomah Mbah Ud serta merta kehendak Allah SWT. Masih banyak cerita mengenai keanehan Mbah Ud, tapi banyak juga cerita yang dimiliki Mbah Ud soal keistiqomahan, yang kurang bisa ditiru dan dipelajari. Tirakatnya Mbah Ud lebih ke caranya beribadah dan memberi motivasi orang lain.

"Kalau dilihat dari garis nasabnya, Mbah Ud itu masih ada hubungan dengan Sayyid Badruddin bin Ali Akbar bin Sulaiman dan ada keturunan Sunan Gunung Jati Cirebon kalau menurut silsilahnya," pungkasnya.

Cerita Mbah Ud ini, menjadi salah satu dari sedikit ulama di Sidoarjo yang diberi pangkat kewalian oleh Allah SWT. Kisah hidupnya sampai sekarang terus dibicarakan banyak orang. Banyak riwayat cerita yang berkembang di masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya. Mereka tahu dan paham betul siapa Mbah Ud, Ulama yang dikenal memiliki karomah sejak kecil itu. Hel/Waw