Haul Akbar Ke 51 KH Sahlan Sidorangu Krian Dihadiri Ribuan Santri, Petuahnya Sabar, Ngalah, Neriman, Akas, Temen Lan Loman


Haul Akbar Ke 51 KH Sahlan Sidorangu Krian Dihadiri Ribuan Santri, Petuahnya Sabar, Ngalah, Neriman, Akas, Temen Lan Loman HAUL - Ribuan jamaah berziarah di makam sekaligus mengikuti prosesi Haul Akbar ke 51 Romo KH Sahlan Tholib di Halaman Ponpes Bahrul Ulum Sahlaniyah Dusun Sidorangu, Desa Watugolong, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Rabu (27/07/2022) malam.

Sidoarjo (republikjatim.com) - Puncak Haul Akbar Romo KH Sahlan Tholib Ke 51 di halaman Ponpes Bahrul Ulum Sahlaniyah Dusun Sidorangu, Desa Watugolong, Kecamatan Krian Sidoarjo dibanjiri ribuan jamaah, Rabu (27/07/2022). Para santri itu bukan hanya datang dari dalam daerah melainkan juga dari luar daerah Sidoarjo.

Haul kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun ini bersama Majlis Maulid Wat Ta'lim Sholawat Riyadlul Jannah. Rangkaian acara Haul sebelumnya dilengkapi Khotmil Al-Quran mulai pagi sampai sore serta Pembacaan Surat Yasin dan Tahlil.

Ketua Pelaksana Haul Akbar, Muhammad Yunus menuturkan haul ini diperingati setiap tahun tanggal 27 Dzulhijjah malam. Menurutnya, puncak acara sering berganti-ganti. Terkadang menyelenggarakan pengajian umum, manaqib, semaan Al-Quran atau Sholawat Ishari dan Sholawat lainnya.

"Untuk Tahun 2022 kami bekerja sama dengan Sholawat Majlis Wat Ta'lim Riyadlul Jannah, Malang," katanya.

Gus Yunus mengisahkan KH Sahlan atau Mbah Sahlan panggilan akrabnya beliau kyai yang ahli tirakat. Semasa hidupnya setiap hari berpuasa. Selain itu, Mbah Sahlan juga ahli bersedekah (loman).

"Jadi kepribadian itu yang dijalani dan yang diajarkan sama. Itu yang ditekankan kepada santri-santrinya," tuturnya.

Ajaran Mbah Sahlan bukan hanya itu saja. Agar santri mudah mengingat pesannya Mbah Sahlan memberi pitutur yang mudah diingat dan diamalkan.

"Beliau memberikan motto agar santri berusaha untuk sabar, ngalah, neriman, akas, temen dan loman. Jadi ungkapan itu yang akan selalu diingat dan diamalkan para santrinya," ungkapnya.

Cucu Mbah Sahlan juga menjelaskan kakeknya Mbah dilahirkan di Desa Terik Kecamatan Krian, Sidoarjo. Kemudian menimba ilmu agama berguru ke seorang tokoh Mbah Syamsudin dan menikah dijodohkan di Dusun Sidorangu, Desa Watugolong dengan Nyai Mudrikah. Pernikahan beliau sebelum kemerdekaan Tahun 1943.

"Sedangkan Mbah Sahlan wafat pada Tahun 1972," jelasnya.

Disisi lain, para jamaah yang juga santri KH Sahlan Tholib, Bapak Sai warga asal Sumobito, Jombang menyatakan sosok Mbah Sahlan) saat berguru selama 20 tahun sangat rendah hati. Bapak 81 tahun ini menceritakan tamu yang datang tidak pernah sepi dari Subuh sampai Maghrib.

"Para tamu Mbah Sahlan itu macam-macam. Ada yang mengaji dan ada yang mencari barokah doa beliau. Semua tamu yang datang diberi makan dan kerap kali uangnya diberikan orang (loman). Luar biasa. Masyaalloh teringat Mbah Sahlan," tandasnya. Zak/Waw