Sidoarjo (republikjatim.com) - Ratusan warga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa berebut tumpeng tempe raksasa ala menara Eiffel di halaman Balai Desa Sedenganmijen, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Minggu (19/03/2023). Acara ini menjadi bagian dari rangkaian tradisi ruwah desa selama tiga hari sejak Kamis, Jumat hingga Minggu. Kali ini gunungan tumpeng raksasa setinggi 10 meter berdiameter 7 meter ini di atas tumpeng disematkan bendera merah putih.
Warga tampak cukup antusias. Tradisi lama kembali bergairah setelah dua tahun lebih terkena imbas pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas kebebasan warga. Bahkan jalur utama Sidoarjo - Krian sempat dibuat padat merayap karena adanya warga arak-arakan membawa aneka ragam jenis tumpeng. Ada tumpeng sayuran, buah-buahan hingga jajanan pasar. Ada juga tumpeng sabun cuci baju dan bungkusan kopi.
Dengan penampilan baju unik seperti baju adat ala kerajaan membuat acara semakin menjadi tontonan menarik pengguna jalan dan warga sekitar. Apalagi, saat warga kirab tumpeng menuju ke halaman balai desa setempat.
Kades Sedenganmijen, M Hasanuddin mengatakan tradisi ruwah desa dan sedekah bumi dengan membuat gunungan tempe raksasa bukan kali pertama digelar. Sebelum adanya pandemi Covid-19 desanya sudah menggelar acara yang sama.
"Alhamdulillah 28 pengrajin tempe gotong royong dan guyub rukun membuat gunungan tempe raksasa itu. Tradisi ruwah desa dan sedekah bumi yang digelar ini juga bersamaan menjelang bulan Ramadhan," ujar M Hasanuddin kepada republikjatim.com, Minggu (19/03/2023).
Hasanuddin menguraikan sedekah bumi ini digelar sebagai wujud syukur warga. Harapannya, agar dihindarkan dari marabahaya dan malapetaka.
"Setelah diarak keliling, di tempat finish dilanjutkan dengan pemanjatan doa bersama. Kemudian warga langsung berebut gunungan tempe raksasa. Hanya dalam waktu sekejap gunungan tempe langsung habis," tegasnya.
Sementara salah seorang produsen tempe asal RW 04 Desa Sedenganmijen, H Fathurroman menegaskan gunungan tempe raksasa ini menjadi ikon dari desanya. Baginya, momentum ruwah desa dan sedekah bumi ini selain mensyukuri hasil bumi juga mengenalkan lebih dekat sekaligus ajang promosi tempe produksi warga Sedenganmijen ke masyarakat yang lebih luas.
"Kami berkeinginan agar tahun depan bisa lebih semarak lagi ruwah desa dan sedekah bumi ini. Khususnya gunungan tumpeng tempe raksasa itu. Kalau bisa Pemkab Sidoarjo membantu menfasilitasi agar masuk rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Agar tempe Desa Sedenganmijen bisa dikenal secara nasional," tandasnya. Zak/Waw