Bantu Dua Tabung Apar, BHS Siapkan Pengolahan 80 Persen Sampah Pasar Ngaban untuk Bayar Retribusi


Bantu Dua Tabung Apar, BHS Siapkan Pengolahan 80 Persen Sampah Pasar Ngaban untuk Bayar Retribusi DIALOG - Bacabup Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) berdialog dengan para pengelola, pedagang, konsumen dan petugas kebersihan Pasar Ngaban, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Sabtu (11/07/2020).

Sidoarjo (republikjatim.com) - Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) bakal mengelola sampah Pasar Ngaban, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Pengelolaan sampah itu dengan menghidupkan kembali Bank Sampah yang ada di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Desa Ngaban.

"Pengelolaan 80 sampah pasar ini, selain agar tidak terjadi penumpukan sampah di Tempat Penampungan Akhir (TPA) Jabon, juga sekaligus agar hasil pengelolahan sampah bisa digunakan membayar retribusi bagi para pedagang Pasar Ngaban. Jadi pengolaha sampah diserahkan bank sampah nanti uang sampah itu akan dimanfaatkan pedagang membayar retribuasi agar pedagang tidak kesulitan membayar retribusi," ujar Bambang Haryo Soekartono kepada republikjatim.com, Sabtu (11/07/2020) saat bagi-bagi masker di Pasar Ngaban.

Lebih jauh, mantan anggota DPR RI periode 2014 - 2019 ini menjelaskan jika tempat pengolahan sampah di TPS Ngaban tempatnya cukup bagus. Namun problemnya sama dengan sejumlah TPS lain di wilayah Sidoarjo. Yakni belum adanya bank sampah. Menurutnya jika ada bank sampah maka pembuangan sampah akan dipilah dan dibedakan antara sampah basah dan sampah kering. Sesuai sampah dikelompokkan dari pedagang pasar maupun warga desa, akan diolah menjadi pupuk, pakan ternak maupun energi baru.

"Karena itu, pengolahan sampah harus diinformasikan ke masyarakat termasuk pedagang pasar dan warga Desa Ngaban. Agar sejak awal sampah terpilah-pilah mana yang bisa diduar ulang dan mana yang akan dibuang ke TPA Tlocor (Jabon). Tujuan lainnya agar tidak ada bau busuk. Termasuk soal armada truk yang hanya satu unig perlu penambahan alat transportasi," imbuhnya.

Alumnus ITS Surabaya ini menilai Pasar Ngaban meski pasar desa akan tetapi lokasinya sangat strategia dan sangat potensial. Hal ini sama halnya dengan Pasar Buduran. Selain lokasinya ada di pinggir jalur utama propinsi (jalan nasional) juga dimanfaatkan para pedagang dan konsumen dari sejumlah desa di Kecamatan Tanggulangin dan Kecamatan Candi. Bahkan pasar ini dimanfaatkan warga asal 10 desa lebih.

"Apalagi pedagangnya ada sekitar 500 orang dengan jumlah konsumen sekitar 2.000 - 3.000 orang per hari. Bahkan harganya sangat murah. Dibuktikan banyak konsumen beli bahan di pasar untuk bahan jualan lagi," tegasnya.

Saat ini, lanjut pengusaha transportasi ini Pasar Ngaban butuh perhatian pemerintah daerah Sidoarjo. Terutama soal kebutuhan tabung Alat Pemadam Kebakaran (Apar). Saat ini pasar yang cukup besar itu tidak memiliki apar sama sekali. Padahal, 35 tahun lalu pasar itu pernah terbakar.

"Sampai detik ini belum ada tabung pemadam (Apar). Padahal itu untuk menyelamatkan nyawa publik baik ribuan konsumen dan ratusan pedagang. Ini harus dilindungi. Karena bertahun-tahun minta bantuan pemerintah tak terealisasi maka akan saya bantu dua unit tabung pemadam (Apar)," jelasnya.

Sementara Koordinator Pengelola Pasar Ngaban, Iskandar mengaku berterima kasih mendapatkan bantuan dua tabung Apar. Apalagi, selama ini bertahun-tahun minta bantuan Pemkab Sidoarjo tak kunjung terealisasi.

"Kami juga terima kasih di TPS Ngaban akan dibuatkan bank sampah dan pengolahan sampah untuk membayar retribusi pedagang karena dulunya sempat ada bank sampah dan mesin pengolahan sampah akan tetapi kini sudah tidak ada di TPS desa itu," tandasnya. Hel/Waw